Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 5 - Week of 11th Sep 2017

Story of a poet


I. Intro

Di sesi minggu lalu kita belajar untuk mengenal apakah salib kita sebenarnya, mengapa kita harus memikul salib kita dan juga, apa sih hubungannya salib kita dengan salib Yesus. Apakah kalian masih ingat?

Fasil diharapkan bisa mengulang point-point penting diatas secara singkat.

Nah, di sesi cg hari ini, kita mau mengenal kisah seseorang yang di dalam perjalanan hidupnya juga harus memikul salibnya yang begitu berat. Semoga dengan mengenal kisah ini, kita bisa terinspirasi dan dapat mengambil makna yang berguna untuk kehidupan kita.

Untuk kisah dibawah ini, karena settingnya adalah di spanyol, biarlah kita beri nama karakter utamanya dengan nama : “Juan” (baca: huan)

Panduan fasil : penekanan bahan hari ini ada di pertanyaan-pertanyaan sharing. Gunakan waktu sharing dengan sebaik-baiknya

II. Latar belakang

Juan adalah anak dari seorang penyulam sutra yang miskin di Fontiveros, Toledo. Ia dilahirkan di tahun 1542. Sebenarnya ayah dari Juan adalah seorang bangsawan, tetapi ia memilih untuk menikah dengan ‘orang biasa’. Dan oleh karena itu, hubungan family-nya diputuskan oleh keluarganya, sehingga ia harus menjadi seorang penyulam sutra untuk memberi nafkah anak dan istrinya.

Sesaat sesudah Juan lahir, ayahnya meninggal. Keluarga Juan saat ditinggalkan oleh ayahnya sangatlah dalam keadaan miskin. Juan dan 2 saudaranya tumbuh dengan makanan yang amat sedikit. Hal ini menyebabkan badan Juan tumbuh dengan tidak baik. Badannya pendek seperti kurcaci (dwarfed in stature). Teman baiknya dengan humor, suka memanggil dia dengan kata “half a man”.

Juan pada awalnya pergi ke sekolah yang miskin di Medina, tempat dimana mereka kemudian tinggal. Juan berusaha belajar berdagang, tetapi malangnya ia tidak berhasil. Pada usia 14 tahun, ia mendapatkan pekerjaan di rumah sakit di Medina, dan pada saat yang bersamaan ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kelas di sekolah yang dipimpin oleh pastor-pastor dari Serikat Yesus (Jesuits). Disini kecemerlangan Juan mulai terlihat. Juan sangatlah berbakat dalam ilmu seni. Musik adalah kesukaannya; tidak hanya music dari lagu dan instrument, tapi juga “silent music” yang nantinya ia sebut ketika mendengarkan suara music dari balok kayu, air, bahkan bintang-bintang di langit. Juan pandai melukis, membuat patung, tetapi dari semuanya itu, ia menemukan sebuah seni yang dapat mengekspresikan seluruh jiwanya, yaitu dalam puisi

Dari semua bakat yang ia punya, Juan sungguhlah terlahir untuk menjadi seorang pujangga hebat. Setelah selang waktu, Juan bergabung dengan ordo karmelit dan mereka mengirim Juan untuk belajar lebih lanjut di universitas Salamanca. Puisi-puisi hasil tulisan Juan yang sering kali mengandung unsur enigmatic-imagery banyak membuat orang-orang terkesima. Contohnya seperti puisi dibawah ini yang berjudul “Canticle of Christ to the Soul”.

A little shepherd alone, in pain,
His soul no joy can move;
His thought is all for his shepherdess,
His heart is lost in love.
But he weeps not because of love’s deep wound,
Laments not at his lot;
Though the wound has cloven his heart in two–
He weeps that he is forgot.

Dalam perjalanan studinya, Juan bukanlah seorang yang mudah puas. Semakin maju ia dalam kemampuannya, semakin ia berpikir jauh dan semakin ia haus untuk bertumbuh dan berkembang. Ini adalah karakteristik Juan. Oleh karena itu Juan berpikir, tidaklah cukup baginya untuk berada di dalam ordo karmelit ini, ia mau mencari kebjiaksanaan, kedamaian, ketenangan, ia mau bergabung ke dalam/ menjadi seorang Carthusian.

(seperti St Bruno, Guigo the Carthusian)

Ketika waktu studi Juan hampir selesai di Salamanca, seorang wanita muncul dalam kehidupan Juan. Nama wanita itu adalah Teresa. Teresa adalah senior Juan, hampir kira-kira 30 tahun bedanya. Ia, sama seperti Juan, sudah lama mendambakan hal yang sama seperti Juan, keinginan akan kedamaian, ketenangan dan ketertidakgantungan dari dunia. Setelah mengenalnya, Juan pun melihat impian-impian Teresa yang sama seperti miliknya. Juan sebagai orang yang selalu memberikan segalanya demi mencapai tujuannya, sungguh amat mengesankan Teresa. Cara Juan menjalani hidupnya sering kali membuat Teresa merinding akan kekaguman.

Juan akhirnya meninggalkan keinginannya menjadi seorang Carhtusian dan memilih untuk membantu Teresa dalam pekerjaannya. Perlu diketahui kalau dijaman ini (dikenal juga sebagai jaman reformasi), banyaknya korupsi dan skandal yang terjadi di dalam gereja katolik. Hal ini membuat Teresa, teman Juan, yang juga adalah seorang biarawati karmelit, ingin memperbaiki dan mengingatkan kembali akan hidup dengan kaul-kaul seperti kemiskinan, kemurnian dan kesetiaan.

Sharing: pernahkah kalian mendengar kisah orang lain yang dalam hidupnya mengalami keterbatasan dalam fisik atau keadaan social ekonomi-nya, tetapi tetap bisa menginsiprasi diri kalian atau orang-orang disekitarnya? Sharingkan lah.

III. Penderitaan

Juan, sang seniman, pencinta segala keindahan yang diberikan Tuhan, tidaklah selalu disenangi semua orang. Juan dalam kesehariannya sering dicemooh, dituduh oleh teman-teman religiusnya : katanya Juan membuat malu kongregasi; Juan dikatai lebih katolik dari pada paus; Juan tidak mau mengikuti regim paus, dsb. Ketika orang-orang berkumpul disekitar Juan untuk mendengarkan dia, akanlah muncul para penjaga dengan senjata. Juan dianggap sebagai seorang konspirator dan baiknya dibungkam dan kalau perlu dibunuh.

Mulai bertambahlah penderitaan Juan hari demi hari. Juan saat itu berumur 35 tahun. Karena Juan biarpun dibungkam, masih saja terus berkarya, akhirnya pada bulan Desember 1577, ia di tangkap di sebuah biara atas tuduhan membangkang. Juan dimasukan ke dalam penjara, diberikan makanan basi, tanpa minum. Kemudian ia dipindahkan ke Toledo dan selama 9 bulan ia ditempatkan dalam sebuah ruangan yang sempit dan gelap, tanpa ventilasi. Setiap jumat ia dibawa untuk melakukan penitensi, berakhir dengan disiplin (pemukulan, cambuk) ke bahunya, di depan komunitas orang-orang banyak.

Penderitaan Juan tidak berakhir disini. Ia dipermainkan oleh atasan-atasannya. Ia dilarang menerima sakramen, fitnahan diucapkan di depan pintu tahanannya, supaya ia bisa mendengarkan. Mereka mengatakan kalau reformasi yang ia dan temannya, Teresa, jalankan telah dilarang oleh Paus. Bahkan siapa pun yang menolak keputusan Paus ini, harus dijatuhi hukuman berat.

Juan tidak punya alasan untuk tidak mempercayai berita tersebut. Tetapi dalam hatinya ia terus berdoa dan ia yakin pada suatu saat nanti, kalau ia bertahan dalam semua penderitaan ini, Tuhan akan mengabulkan permohonannya. Juan yang selalu kembali dalam kesendiriannya, ketaatannya untuk berdoa di dalam penderitaannya setiap hari, menghasilkan sebuah kidung/puisi yang pada akhirnya membuat nama Juan menjadi legendaris.

Hasil tulisannya, poem of the obscure night, menempatkan Juan di ranking atas deretan puisi-puisi yang ada. Puisi tersebut, ditulis Juan tidak hanya menceritakan penderitaan yang terjadi pada dirinya, tetapi ia juga menjelaskan arti penderitaan yang ia hadapi itu dengan visi dan impian yang ia selalu dambakan. Segalanya telah diambil dari Juan, hanya kekosongan yang ia punya. Segala yang pahit telah menjadi manis bagi Juan, segala penderitaan fisik dirasakan Juan sebagai kebahagiaan, segala yang hina terlihat Juan sebagai keindahan dan kecantikan. Juan di dalam kegelapannya telah menemukan sebuah dunia yang baru dan indah.

Sharing: pernahkah kalian mengalami tekanan dalam kehidupan social, keluarga, pekerjaan, dll. dimana kalian harus melakukan sesuatu yang tidak kalian inginkan atau bahkan dihukum atas hal yang benar? Sharingkan lah.

(fasil bisa memberi contoh dengan mengambil tokoh yang dikenal seperti ahok, dll)

Setelah 9 bulan di dalam penjara, datanglah kesempatan untuk Juan untuk kabur. Haruskah ia gunakan kesempatan ini? Berada di dalam penjara itu mengajarkan Juan melihat dunia dengan mata yang baru, tetapi jika ia keluar, ia dapat mengajarkan ke banyak orang tentang apa yang Ia dapatkan atau pelajari dalam penjara itu. Pada suatu malam, akhirnya Juan memberanikan diri untuk kabur, turun dari jendela dengan menggunakan tali yang dibuat dari seprei kasurnya. Ia menemukan tempat bersembunyi di rumah seseorang yang mau menerima dia.

2 tahun lebih telah lewat; reformasi yang teman Juan jalani telah dianggap berhasil. Raja spanyol berpihak kepada Teresa dan Paus mendeklarasikannya di tahun 1580. Keberhasilan ini secara otomatis harusnya membersihkan nama Juan, yang sepanjang perjalanannya membantu Teresa akan mencapai keberhasilan reformasi tersebut.

IV. Penderitaan akan berakhir?

Tetapi kenyataan tidak menunjukan demikian; bahkan sebaliknya dan kali ini Juan tidak bisa kabur lagi. Juan harus menghadapi 2 cobaan berat dari orang sekitarnya. Yang pertama adalah dari orang-orang di luar kongregasi Juan dan yang kedua adalah dari orang-orang di dalam kongregasinya sendiri; mereka yang telah mengikuti Teresa dari lama. Disaat ini Teresa telah tiada. Setelah ditinggalkan Teresa, terpecah belahlah para pengikutnya. Rasa iri hati mulai muncul dalam diri para orang-orang terdekat Teresa. Dengan rasa iri hati, timbullah banyak kesalahpahaman terhadap Juan. Seandainya Teresa masih ada saat itu, Juan yakin kalau Teresa akan membela dia dan Teresa tahu akan kebenaran yang ada di dalam diri Juan.

“God alone, to be sought by love alone, and by love in solitude with Him”; inilah inti dari reformasi yang dijalani oleh Teresa dan Juan. Tetapi hal ini tidaklah yang dijalani oleh para pengikut Teresa yang lain; mereka yang mengaku Teresa sebagai saudari dan ibunda. Juan, yang mengerti apa yang Teresa inginkan sesungguhnya, harus sering kali menghadapi badai cobaan yang datang; terlebih beratnya badai itu datang dari orang-orang yang seharusnya sepaham dengan dia. 5 Tahun lamanya Juan harus bertarung seorang diri.

Untuk mempertahankan kebenaran dan keaslian dari ajaran temannya Teresa, Juan mengembara dari satu biara ke biara lainnya. Ia berkotbah, ia menulis dan memberikan instruksi sebaik mungkin atas bagaimana mencapai impian Teresa yang sesungguhnya itu. Puisi atau kidung obscure of night yang ditulis Juan di Toledo itu kembali ia gunakan dan ia jelaskan lebih lanjut lagi. Melalui tulisan ini, Juan memberikan kepada dunia sebuah karya tulis yang hebat tentang kehidupan mistis manusia yang sangat mendalam.

“The soul that is enamored is a tender soul, a gentle soul, a soul that is humble and patient”, begitulah sebuah pepatah yang pernah ditulis Juan dan begitulah kondisi jiwanya dari awal sampai akhir.

Penderitaan Juan masih belum berakhir disini. Jiwa yang penuh dengan cinta, harus diuji dengan api yang hebat. Rumor pun tersebar luas tentang Juan; entah bagaimana isu-isu datangnya. Juan dikatakan sebagai orang yang jahat dan keji. Bahkan Juan sampai dipanggil ke pengadilan gereja, dimana beberapa suster didatangkan sebagai saksi. Suster-suster itu diberikan pertanyaan yang begitu sangat memalukan, sehingga mereka tidak dapat menjawabnya. Dan jawaban sunyi itu dianggap pengadilan sebagai bukti jelas akan tuduhan bagi Juan.

Juan akhirnya diminta secara paksa untuk pensiun. Ia mengungsi ke gurun pasir Penuela. Hal ini dilihat oleh orang banyak sebagai tanda pengakuan Juan akan kesalahan-kesalahan yang dituduhkan kepadanya. Sekarang orang-orang yang tidak suka kepada Juan bisa dengan bebasnya memfitnah Juan. Surat-surat dari teman lama Juan pun berdatangan; berisi akan kesedihan, rasa malu yang mereka dapatkan karena mereka percaya dan mengikuti Juan sebelumnya; juga hinaan akan kemunafikan Juan.

V. Perjalanan terakhir

Sangat sedikit sekali orang-orang yang masih percaya kepada Juan; mayoritas dari bruder-bruder Juan melihat dia seperti seseorang yang perlu untuk dibungkam. Mereka merasa harus kejam dan disiplin terhadap Juan. Bahkan beberapa mengusulkan untuk membuang Juan ke luar negri, demi menjaga kebaikan kongregasi mereka.

Kondisi badan Juan yang hidup sendirian di padang gurun; mulai melemah. Beberapa kaum awam merasa iba terhadap Juan dan ingin menolongnya, tetapi kepala kongregasi melarang siapapun untuk berada di dekat dia. Dari waktu ke waktu, sang kepala datang untuk melihat Juan, tapi hanya untuk mengejek dan untuk mencemoohnya saja.

Dengan sakitnya yang bertambah parah, seorang dokter dikirim untuk melihat Juan. Dokter yang dikirim kepada Juan pun, seorang yang tidak cekatan dan banyak melakukan kesalahan sebelumnya. Bahkan dalam keadaan sakit seperti ini pun, Juan diperlakukan dengan tidak adil.

Pada tanggal 13 Desember 1591, Juan berkata kepada penjaga rumah sakit dimana ia berada : “At midnight tonight we shall be saying Matins in heaven”. Seketika terjadi sebuah keajaiban yang aneh. Para bruder; teman satu kongregasi Juan dan juga sang kepala berlutut disekeliling tempat tidur Juan dan memohon pengampunan kepada Juan. Ketika jarum jam menujuk ke angkat 12, Juan membuka mata dan berteriak : “Glory be to God”, dan ia pun wafat.

Sekarang ini, jasad dari Teresa, teman Juan, bisa dilihat secara utuh; incorrupt; dijaga untuk bisa dilihat dan dihormati banyak orang. Sementara pemakaman Juan pada saat itu malah menjadi perdebatan banyak orang. Akhirnya perdebatan tersebut diselesaikan dengan memisahkan bagian tubuh Juan untuk dimakamkan di tempat-tempat yang berbeda. Mengapa perlakuan yang begitu berbeda akan kedua sahabat ini? Mungkin kita tahu, mungkin kita bisa mengerti sekarang bagaimana Juan memikul salibnya yang begitu berat dari sejak ia hidup; bahkan sampai akhir hidupnya.

Melihat betapa beratnya kehidupan Juan dari sejak ia lahir sampai ia dimakamkan, tetapi Juan tidak lah pernah mensia-siakan hidupnya. Ia hidup setia kepada Tuhan dan terus berkarya dan akhirnya meninggalkan banyak karya yang begitu indah untuk kita semua.

Pertanyaan: Taukah kalian dengan nama apakah “Juan” dikenal dalam Gereja Katolik kita?

St …, doctor of the Church, the greatest of all mystical theologians. (fasil bisa mencari tahu sendiri)

Sharing : Sharingkanlah suatu saat dimana kalian merasakan beratnya cobaan atau penderitaan yang kalian alami, tetapi walaupun demikian kalian bisa melewati hal tersebut bersama dengan Tuhan.

Bacalah puisi yang ditulis Juan ini dengan membayangkan kondisinya pada saat ia menulis saat itu. Gunakanlah puisi ini sebagai awal doa penutup kalian :

Upon an obscure night,
Fevered with love in love’s anxiety,
(O hapless-happy plight!)
I went, none seeing me,
Forth from my house where all things quiet be.
By night, secure from sight,
And by the secret stair, disguisedly,
(O hapless-happy plight!)
By night, and privily,
Forth from my house where all things quiet be.
Blest night of wandering,
In secret, where by none might I be spied,
Nor I see anything;
Without a light or guide,
Save that which in my heart burnt in my side.
That light did lead me on,
More surely than the shining of noontide,
Where well I knew that one
Did for my coming bide;
Where he abode might none but he abide.
O night that didst lead thus,
O night more lovely than the dawn of light,
O night that broughtest us,
Lover to lover’s sight,
Lover with loved in marriage of delight!
Upon my flowery breast,
Wholly for him, and save himself for none,
There did I give sweet rest
To my beloved one;
The fanning of the cedars breathed thereon.
When the first moving air
Blew from the tower, and waved his locks aside.
His hand, with gentle care,
Did wound me in the side,
And in my body all my senses died.
All things I then forgot,
My cheek on him who for my coming came;
All ceased, and I was not,
Leaving my cares and shame
Among the lilies, and forgetting them.

VI. Referensi

https://www.ewtn.com/library/MARY/JCROSS.HTM