Sesi 14 - Week of 05 Dec 2021

Santo Yosef


Intro

Apakah kalian tahu bahwa sejak tanggal 8 Desember 2020 hingga tanggal 8 Desember 2021, Gereja Katolik merayakan “Tahun Santo Yosef”? Nah, sebelum perayaan ini selesai, masih belum terlambat buat kita mengenal Santo Yosef lebih dalam dan mengerti apa makna perayaan ini dalam hidup kita sebagai umat Katolik.

Saint Joseph - Wikipedia

Latar Belakang

Melalui Surat Apostolik “Patris corde” (“Dengan Hati Seorang Bapa”), Paus Fransiskus memperingati 150 tahun deklarasi Santo Yosef sebagai Pelindung Gereja Semesta. Bapa Suci menulis “Patris corde” dengan latar belakang pandemi COVID-19. Menurutnya, masa pandemi ini telah membantu kita melihat lebih jelas pentingnya orang-orang “biasa” yang, meski jauh dari pusat perhatian, tetap sabar dan menawarkan harapan setiap hari. Demikian pula Santo Yosef— sosok “orang yang kehadirannya sehari-hari tidak diperhatikan, bijaksana dan tersembunyi”, yang meskipun demikian memainkan “peran yang tak tertandingi dalam sejarah keselamatan”.

Sosok seorang ayah memegang peranan penting dalam hidup kita. Dalam hidup Santo Yosef, dia memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga Yesus. Santo Yosef menjaga Yesus, melindungi dia dan mencintai Yesus sepenuhnya walaupun Yesus bukanlah anak kandungnya.

Berikut adalah 7 karakteristik Santo Yosef dari surat “Patris Corde” yang selayaknya kita contoh sebagai umat Katolik:

Bapa yang penuh kasih

Santo Yosef “secara nyata mengungkapkan kebapaannya” dengan mempersembahkan dirinya dalam kasih. Salah satu bukti kasihnya adalah dengan melayani Mesias untuk tumbuh hingga dewasa di rumahnya. Peran Santo Yosef ini terjadi di persimpangan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sebuah momen penting dalam sejarah umat Kristiani. Tanpa peran Santo Yosef pada persimpangan ini, kisah perjalanan Yesus mungkin tidak akan sama seperti sekarang. Oleh karena peran Santo Yosef yang sangat krusial ini, Santo Yosef “selalu dihormati sebagai seorang bapa oleh umat Kristiani” (PC, 1).

Di dalam Santo Yosef, Yesus melihat kasih Allah yang lembut. Kasih yang sama ini juga kita lihat dari Bapa kita. Allah menggunakan ketakutan, kerapuhan, dan kelemahan kita untuk mewujudkan rencana-Nya dalam hidup kita. Dalam Patris Corde, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa “Hanya kasih yang lembut yang akan menyelamatkan kita dari jerat sang penuduh”. Dengan menerima belas kasih Allah, khususnya dalam Sakramen Rekonsiliasi, kita “mengalami kebenaran dan kelembutan-Nya.” Kita diyakinkan bahwa kebenaran Allah tidak menghukum kita, melainkan menyambut, merangkul, menopang dan mengampuni kita (PC, 2).

Bapa yang penuh perhatian

Penuh perhatian, bijaksana dan baik hati, St Yosef memberikan setiap kesempatan kepada Yesus. Bahkan St Yosef mengajari putranya seni pertukangan sehingga mereka dapat berbagi keahlian ini bersama-sama. Pada zaman sekarang ini, ayah atau figur ayah harus mencontoh perhatian dan kasih sayang St. Yosef dalam mendukung dan mencintai anak-anak mereka sendiri.

Bapa yang patuh

Santo Yosef juga seorang bapa yang menunjukkan ketaatan kepada Allah. St Yosef dipanggil Tuhan untuk melayani perutusan Yesus. Dengan mengatakan “ya”, ia senantiasa melindungi Maria dan Yesus serta mengajarkan Putra-Nya untuk mengikuti kehendak Bapa. St Yosef telah menunjukkan kerjasama dalam misteri agung Penebusan, dan karena kepatuhan dan kesetiaannya, Santo Yohanes Paulus II memanggil St Yosef seorang pelayan keselamatan (minister of salvation) (PC, 3).

Bapa yang menerima

Pada saat yang sama, Santo Yosef adalah “Bapa yang menerima”, karena ia menerima Maria tanpa syarat. Menurut Paus Fransiskus, karakteristik ini amatlah penting terutama di dunia sekarang ini di mana kekerasan psikologis, verbal dan fisik terhadap perempuan begitu nyata.

Jalan spiritual Santo Yosef bukan jalan yang mencari penjelasan, tetapi jalan menerima. Ini tidak berarti bahwa ia “pasrah”. Justru sebaliknya, dengan karunia ketabahan Roh Kudus, ia mampu menerima hidup apa adanya, termasuk segala pertentangan, frustasi dan kekecewaan yang datang dan pergi. Melalui Santo Yosef, Allah seolah-olah berbicara kepada kita: “Jangan takut!” karena iman memberi makna pada setiap peristiwa (senang maupun sedih).

Santo Yosef tidak mencari jalan pintas tetapi menghadapi kenyataan dengan mata terbuka dan secara pribadi bertanggung jawab terhadap kenyataan tersebut. Contoh teladan St Yosef mendorong kita untuk menerima dan menyambut orang lain apa adanya, tanpa kecuali, dan menunjukkan perhatian khusus kepada orang-orang yang lemah (PC, 4).

Bapa yang pemberani

Patris Corde menyoroti “keberanian kreatif” Santo Yosef, yang muncul terutama dalam menghadapi kesulitan. Dengan menaruh kepercayaannya dalam Allah, St Yosef mampu mengubah masalah yang rumit menjadi sesuatu yang dapat dilakukan. Ketika St Yosef mendapat pesan dari Malaikat untuk mengungsikan seluruh keluarganya ke Mesir, ia dengan berani melakukan perintah tersebut. Di tanah yang baru, St Yosef pun harus memulai segalanya dari awal lagi layaknya seorang pengungsi (refugee).

Oleh karena itu, Santo Yosef juga dikenal sebagai santo pelindung khusus bagi orang yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka karena perang, kebencian, penganiayaan, dan kemiskinan. Menjadi penjaga Yesus dan Maria berarti Santo Yosef adalah penjaga Gereja karena ia menjaga keibuan Gereja (Maria) dan tubuh Kristus (Yesus). Dari keberanian Santo Yosef dalam melindungi Gereja, kita dapat belajar untuk mengasihi Gereja dan orang-orang di dalamnya— terutama orang miskin, sakit, lemah, narapidana yang merupakan anak-anak Gereja juga (PC, 5).

Bapa yang bekerja

“Seorang tukang kayu yang mencari nafkah dengan jujur untuk menafkahi keluarganya”, Santo Yosef juga mengajari kita nilai, martabat dan kegembiraan dari memakan roti yang merupakan buah kerja kerasnya sendiri. Segi karakter Santo Yosef ini memberi Paus Fransiskus kesempatan untuk menyerukan ajakan untuk mendukung dan menghargai pekerjaan yang bermartabat.

Menurut Paus Fransiskus, bekerja adalah sarana untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan, mengembangkan talenta dan kemampuan kita, dan menempatkannya dalam pelayanan masyarakat dan persekutuan persaudaraan. Orang-orang yang bekerja, secara langsung, bekerja sama dengan Allah sendiri.

Paus Fransiskus mendorong setiap orang untuk menemukan kembali nilai dan pentingnya pekerjaan untuk menciptakan ‘kenormalan’ baru di mana tidak seorang pun dikecualikan. Dengan meningkatnya pengangguran di tengah pandemi COVID-19, Paus Fransiskus meminta kita untuk melihat kembali bagaimana kita bisa membantu setiap orang— baik muda maupun tua, sendirian maupun berkeluarga — untuk kembali melakukan pekerjaan. (PC, 6).

Bapa dalam bayang-bayang

Paus Fransiskus menjelaskan bahwa seorang bapa tidak dilahirkan, tetapi dijadikan. Seorang laki-laki tidak menjadi seorang bapa hanya dengan membawa seorang anak ke dunia, tetapi dengan bertanggung jawab untuk merawat anak itu. Sayangnya, dalam masyarakat saat ini, anak-anak seringkali tampak seperti anak yatim, tidak memiliki bapa yang mampu memperkenalkan mereka kepada kenyataan hidup. Anak-anak membutuhkan bapa yang tidak mencoba menguasai mereka, tetapi membesarkan mereka agar mampu mengambil keputusan sendiri, menikmati kebebasan, dan menjelajahi kemungkinan baru.

Santo Yosef digambarkan sebagai bapa yang “paling tulus”, yang berlawanan dengan sifat posesif yang menguasai. Santo Yosef tahu bagaimana cara mengasihi dengan kebebasan yang luar biasa. Ia tidak pernah menjadikan dirinya pusat dari segala hal. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi fokus pada kehidupan Maria dan Yesus. Paus Fransiskus menggambarkan kebapaan Santo Yosef terhadap Yesus sebagai gambaran Bapa surgawi di dunia ini.

Menurut Paus Fransiskus, di dalam diri St Yosef, kita tidak pernah melihat frustasi, tetapi hanya kepercayaan semata. Keheningan St Yosef yang sabar adalah awal dari ungkapan kepercayaan yang nyata. Oleh karena itu, Santo Yosef menonjol sebagai sosok teladan untuk zaman kita, di dunia yang membutuhkan bapa, dan bukan penguasa lalim.

Bapa sejati tidak menjalani kehidupan anak-anaknya, dan sebaliknya menghormati kebebasan mereka. Ketika seorang bapa menjadi tidak berguna karena anaknya telah mandiri dan menjalani kehidupan sendiri, di saat itulah ia sungguh-sungguh seorang bapa dan pendidik. Menjadi seorang bapa bukan berarti kepemilikan atau posesif, tetapi lebih merupakan ‘tanda’ yang menunjuk pada kebapaan yang lebih besar”: tanda “Bapa surgawi” (PC, 7).

Conclusion

Santo Yosef adalah sosok yang luar biasa, bukan karena karisma atau status khusus yang mencengangkan. Tetapi karena dia melakukan tindakan pelayanan yang luar biasa dalam kehidupan sehari-harinya. “Tuhan memandang hati dan dalam diri Santo Yosef, Dia mengenali hati seorang ayah yang mampu memberi dan menghasilkan kehidupan di tengah rutinitas sehari-hari.” Kita semua bisa meneladani Santo Yosef dalam hal ini.

Paus Fransiskus secara khusus menempatkan peran perlindungan Santo Yosef dalam konteks pandemi yang sedang kita hadapi bersama saat ini. Dalam sejarah Gereja, Santo Yosef senantiasa diminta melindungi Gereja dan umat manusia terutama dalam situasi krisis, kesulitan dan tantangan. St Yosef adalah orang kudus terbesar kedua dalam Gereja setelah Maria, yang senantiasa menjaga dan melindungi Gereja.

Santo Yosef adalah pelindung, acuan, teladan dan bahkan bapa bagi kita semua saat menghadapi situasi krisis, di tengah segala kesulitan dan pergulatan kehidupan. Berani bergulat dan bertekun di tengah situasi krisis dalam keberanian meskipun harus bertindak secara diam-diam dan tersembunyi— itulah ajakan dari Paus Fransiskus. St Yosef tidak hanya menyertai, namun juga menjaga dan melindungi kita semua di tengah situasi kita saat ini, dan menemani kita dalam masa pandemi.

Pertanyaan Sharing

  1. Setiap orang dapat meneladani St Yosef, baik pria maupun wanita, lajang ataupun sudah menikah. Dari 7 karakteristik di atas, poin manakah yang berkesan/relevan dengan situasi kamu?
  2. Refleksikan sosok ayah atau figur ayah dalam hidup kalian. Bagaimana mereka menunjukkan karakteristik St Yosef dalam kehidupan sehari-hari?
  3. “Jalan spiritual Santo Yosef bukan jalan yang mencari penjelasan, tetapi jalan menerima”. Sharingkan jalan spiritual hidup kalian: Dalam kesulitan, apakah kalian lebih sering mencari penjelasan atau langsung menerima?

Doa Kepada Santo Yosef

Salam, Penjaga Sang Penebus,
Mempelai Santa Perawan Maria.
Kepadamu Allah mempercayakan Putra-Nya yang tunggal;
di dalam dirimu Maria menaruh kepercayaannya;
bersamamu Kristus menjadi manusia.
Santo Yosef, kepada kami juga,
perlihatkan dirimu seorang bapa
dan bimbing kami di jalan kehidupan.
Perolehkan bagi kami rahmat, belas kasih, dan keberanian,
serta lindungi kami dari setiap kejahatan.
Amin.

Reference