Sesi 23 - Week of 13 Mar 2022

Sacrament of Holy Order


Intro

Sobat-sobat AmoreDio, hari ini kita akan belajar mengenai Sacrament of Holy Order atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Sakramen Imamat. Sakramen Imamat adalah sakramen di mana seseorang dijadikan uskup, imam, atau diakon. Penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus (In persona Christi). Hanya uskup (termasuk juga patriark dan paus) yang berhak dan boleh melakukan sakramen ini. Hari ini kita akan belajar mengenai sejarah peran Imam ini dalam perjanjian lama dan perjanjian baru dan juga mendalami mengapa peran ini penting bagi kita.

Perjanjian Lama

Pada masa Perjanjian Lama, kepala keluarga biasanya merangkap menjadi Imam seperti halnya dilakukan oleh Nabi Nuh, Abraham dan Yakub, yang lalu diturunkan kepada anak pertama. Pada zaman Nabi Musa, dia tampil sebagai pemimpin umat yang mempersatukan Israel agar dapat membebaskan diri dari perbudakan Mesir menuju tanah terjanji. Dia juga seorang nabi, pembuat hukum (Taurat) dan pengajar kehendak Allah kepada bangsanya. Dia adalah seorang imam.

Moses Golden Calf Ten Commandments Latest Memes - Imgflip

Di atas gunung Sinai, Nabi Musa menerima 10 Perintah Allah tetapi pada saat dia turun dari gunung dia melihat bangsa Israel telah melupakan Allah dan menyembah berhala Lembu Emas. Nabi Musa pun berteriak memanggil mereka yang masih setia kepada Allah untuk datang kepadanya. Nah pada saat itulah suku Lewi datang karena mereka adalah satu-satunya suku Israel yang tidak ikutan menyembah berhala. Nabi Musa pun berkata kepada mereka “Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada Tuhan” (Kel 32:29). Sejak saat itulah posisi Imam di perjanjian lama berubah dari dilakukan oleh kepala keluarga menjadi dilakukan oleh suku Lewi.

Sepanjang sejarah manusia, Imam (“Priest”) selalu ada untuk menjadi perantara antara Tuhan dan manusia. Biasanya pekerjaan mereka adalah untuk mempersembahkan korban untuk menebus dosa dan juga memimpin upacara-upacara rohani. Di Perjanjian Lama, Imam biasanya mempersembahkan domba, kambing dan sapi.

Namun dikatakan dalam Ibrani 10 bahwa tidak mungkin korban binatang ini bisa menebus dosa manusia. Fungsi mereka hanyalah sebagai peringatan akan dosa-dosa. Jadi Tuhan menjanjikan pada suatu hari akan datanglah Sang Juru Selamat yang akan menghilangkan semua dosa-dosa ini. Yesuslah sang korban yang menggenapi pertobatan sejati ini.

Perjanjian Baru

Di Perjanjian Baru, Yesus adalah imam agung dan Ia pula menjadi korban dengan wafat-Nya di kayu salib. Dalam Injil selalu disebut bahwa Yesus adalah keturunan daripada Nabi Daud dari suku Yehuda. Garis keturunan kerajaan ini penting loh, karena ini adalah bukti bahwa Yesus berhak menjadi Raja Israel dan menjadi penebus. Namun, beberapa orang Yahudi justru menggunakan ini untuk menyerang Yesus. Mereka berpendapat apabila Yesus itu keturunan Nabi Daud, maka Dia tidak mungkin menjadi seorang Imam karena Imam seharusnya adalah keturunan suku Lewi, bukan Yehuda.

Nah, terus bagaimana menanggapi hal ini? Jawabannya ada di ayat alkitab ini:

“TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek” – Mazmur 110

Jadi Yesus adalah Imam yang bukan berasal dari suku Lewi tetapi dari ordo Melkisedek seperti Nabi Daud. Melkisedek sendiri adalah seorang Imam-Raja yang memberkati Abraham dan mempersembahkan roti dan anggur kepada Allah bahkan sebelum adanya suku Lewi. Menurut tradisi Yahudi, Melkisedek ini sebenarnya adalah nama lain daripada Shem, yaitu anak pertama Nabi Nuh.

Fungsi utama Imam adalah mempersembahkan korban untuk menebus dosa manusia. Yesus tidak mempersembahkan darah sapi ataupun domba, tetapi Dia mempersembahkan darah dan tubuh-Nya sendiri di kayu salib. Dalam kitab Ibrani kita bisa melihat perbedaan ini.

“Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” — Ibrani 10:11-14

Dalam korban Misa yang sempurna dari Yesus di kayu salib yang dipersembahkan kepada Bapa inilah gereja dikuduskan. Dalam KGK pun dikatakan bahwa semua peran Imam dalam perjanjian lama telah digenapi oleh Yesus

Segala sesuatu yang dipratandai imamat Perjanjian Lama, menemukan penggenapannya dalam Yesus Kristus, yang adalah “pengantara antara Allah dan manusia” (1 Tim 2:5). Melkisedek, “imam Allah yang Mahatinggi”(Kej 14:18), dipandang oleh tradisi Kristen sebagai “pratanda” imamat Kristus … (Ibr 5:10; 6:20). Kristus itu “kudus, tanpa salah, tanpa noda” (Ibr 7:26), dan “oleh satu korban saja… Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibr 10:14), yaitu oleh korban di salib-Nya, satu kali untuk selamanya. — KGK 1544

Aplikasi dan Konklusi

Apa hubungan antara peran Yesus sebagai Imam, Imam yang ditahbiskan dalam gereja, dan kita sendiri sebagai umat?

Pada surat Santo Paulus kepada jemaat di Kolose, dikatakan bahwa

1:21 – Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

1:22 – sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Kata “menempatkan” di ayat Injil di atas adalah terjemahan dari kata Yunani kuno “Parastaysai” yang artinya mempersembahkan korban kudus. Jadi Yesus wafat di kayu salib untuk menyucikan umatnya agar menjadi persembahan yang layak untuk Bapa. Dalam surat yang sama, Santo Paulus juga menjelaskan tujuan dari Imam gereja.

1:28 – Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

“Memimpin” di atas adalah terjemahan dari kata “Parastaysomen” yang merupakan versi lain dari bahasa yang dipakai untuk mempersembahkan korban kudus. Jadi, sama seperti Yesus mempersembahkan umat yang beriman kepada Bapa, Santo Paulus dan Imam nya mempersembahkan umat yang beriman kepada Yesus. Selain itu Imam juga berpartisipasi secara khusus dalam Imamat Kristus dengan merayakan Sakramen Ekaristi dalam misa di mana mereka bertindak atas nama Kristus dalam menguduskan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus.

KGK 1548 Kristus sendiri hadir dalam pelayanan gerejani dari imam yang ditahbiskan dalam Gereja-Nya sebagai Kepala Tubuh-Nya, Gembala kawananNya, Imam Agung korban penebusan, dan Guru kebenaran. Gereja menyatakan ini dengan berkata bahwa seorang imam, berkat Sakramen Tahbisan, bertindak “atas nama Kristus, Kepala” [in persona Christi capitis]

Apakah kamu sadar kalau kita semua adalah imam? Jangan kaget dulu. Kita semua yang telah dibaptis sebenarnya telah diberikan tugas sebagai imam walaupun tugas kita berbeda dengan Imam yang telah ditahbiskan dalam Sakramen Imamat. Istilahnya itu imamat bersama (common priesthood of the faithful).

Ini dijelaskan dalam Surat Lumen Gentium 10

Adapun imamat umum kaum beriman dan imamat jabatan atau hirarkis, kendati berbeda hakekatnya dan bukan hanya tingkatnya, saling terarahkan. Sebab keduanya dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus. Dengan kekuasaan kudus yang ada padanya imam pejabat membentuk dan memimpin umat keimaman. Ia menyelenggarakan korban Ekaristi atas nama Kristus, dan mempersembahkannya kepada Allah atas nama segenap umat. Sedangkan umat beriman berkat imamat rajawi mereka ikut serta dalam persembahan Ekaristi. Imamat itu mereka laksanakan dalam menyambut sakramen-sakramen, dalam berdoa dan bersyukur, dengan memberi kesaksian hidup suci, dengan pengingkaran diri serta cinta kasih yang aktif.

Jadi apakah hubungan semuanya? Kalau dirangkum, seperti begini

Jadi sobat-sobat AmoreDio ingatlah sebelum kita tergoda untuk berbuat dosa bahwa kita adalah seorang imam juga dan kita pun mempunyai tugas untuk memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan.

Pertanyaan

  1. Apakah pandangan kamu akan fungsi seorang Imam berubah setelah membaca materi hari ini? Sharingkan
  2. Refleksikanlah apakah kita sendiri sudah menjalankan hidup sehari-hari layaknya seorang imam? Apakah kesulitannya? Sharingkan
  3. Pernahkah kalian merasa terpanggil menjadi seorang Imam yang ditahbiskan? Atau sharingkan cerita yang pernah kalian dengar dari orang sekitar tentang panggilan mereka menjadi Imam.