Sesi 43 - Week of 30 Aug 2020

Pengenalan Diri (Self-Awareness)


Pengantar

Mengapa kita perlu mengenal diri sendiri? Terkadang kita secara spontan mengambil suatu tindakan atau mengeluarkan kata-kata yang tanpa kita sadari melukai orang lain. Kita mungkin sadar kita mempunyai kebiasaan buruk ini tetapi kita tidak tahu apa yang menyebabkan kita melakukan hal tersebut. Mungkin kalian pernah bertemu dengan orang yang bawaannya selalu negatif, suka mengkritik atau mengeluarkan kata-kata yang pedas, atau mukanya selalu asam dan tidak pernah tersenyum. Sering kali orang-orang yang seperti ini di dalam dirinya ada rasa tidak puas atau rasa tidak dikasihi yang membuatnya mencari pelampiasan kepada orang lain.

Inilah pentingnya kita mengenali diri sendiri dengan benar sehingga kita bisa melihat diri kita dalam terang anugerah Tuhan, menghargai segala kelebihan dan kekurangan kita, menerima hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu kita dan belajar mengampuni diri sendiri. Pengenalan diri adalah langkah awal agar kita dapat mengampuni diri sendiri dan menjadi orang yang penuh sukacita sebagaimana kita diciptakan oleh Tuhan.

Dalam CG hari ini kita akan fokus membahas satu topik yaitu masa kecil kita yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi dan membuat kita menjadi seperti sekarang ini. Semoga kita dapat semakin mengenal diri kita lewat refleksi hari ini!

Test untuk mengenal diri sendiri (for fun only, don’t take it too serious 😀 )

Test untuk mengetahui hal yang kamu anggap paling penting dalam hidupmu. Dari lima binatang ini, mana yang kamu pilih? (berikan jawaban spontan)

Sapi, Singa, Kuda, Domba, Babi

Pembentukan Pribadi Di Masa Kecil

Pembahasan hari ini adalah sebagian kecil dari ajaran psikogenetik yang ditulis oleh Anne Teachworth dan kemudian dikembangkan oleh seorang pastor Jesuit, Teilhard de Chardin, yang disesuaikan dengan ajaran iman Katolik. Psikogenetik adalah pendekatan ilmiah guna memahami pengaruh orang tua dan keluarga terhadap tingkah laku dan relasi kita sebagai orang dewasa saat ini. Menurut teori ini setiap manusia memiliki “endapan alam bawah sadar” yang secara konsisten menentukan setiap perilaku kita saat ini, termasuk dalam memilih dan mengambil keputusan penting.

Sambil membaca bahan di bawah, ingat kembali masa kecil ketika kita berada di usia tersebut dan bagaimana situasi dalam keluarga kita pada saat itu, karena ini adalah faktor penting yang membentuk pribadi kita walaupun kita mungkin tidak menyadarinya.

Seorang anak adalah produk dari genetik (nature) dan lingkungan pertama/keluarga (nurture). Usia pembentukan anak adalah 0 – 10 tahun dengan masa yang paling penting di usia 0 – 5 tahun. Anak di bawah 10 tahun menyerap semua yang dilihat dalam keluarga. Pada usia ini, otak sadar belum berfungsi dengan baik (anak belum bisa menganalisa apa yang dilihatnya). Hanya 12% yang bisa diserap oleh otak sadar, sementara 88% diserap oleh otak bawah sadar.

Nature dan nurture dipengaruhi oleh darimana kita berasal. Memang kita tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tua atau keluarga kita, akan tetapi kita dapat memilih mau menjadi seperti apa setelah kita dewasa.

Genetik (nature)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah:

  • Fisik: warna kulit, mata, rambut, postur, bentuk tubuh, dll
  • Penyakit: diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, kelainan psikosis, dll
  • Non-fisik: bakat, sifat, dll

Ini adalah sesuatu yang sulit untuk dirubah karena sudah menjadi bawaan dari lahir tetapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa. Dalam hal fisik dan penyakit, kita bisa merubah pola hidup dan pola makan sehingga kita menjadi lebih sehat dan tidak mudah terkena penyakit keturunan. Dalam hal non-fisik, kita bisa belajar dan melatih diri sehingga kita bisa mempunyai bakat baru atau merubah sifat kita.

Lingkungan pertama/keluarga (nurture)

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan anak. Definisi keluarga: sekelompok orang yang memiliki relasi yang signifikan. Unsur utama dalam keluarga bukanlah ayah, ibu, anak ataupun cinta. Sebuah keluarga akan tetap ada walaupun dalam keluarga itu mungkin tidak ada ayah atau tidak ada ibu atau tidak ada anak atau tidak ada cinta. Tetapi yang paling utama dalam satu keluarga ada sekelompok orang yang memiliki relasi yang signifikan (misalnya ibu, anak-anak, kakek & nenek dan paman, ini sudah termasuk keluarga walaupun tidak ada ayah disini).

Relasi yang signifikan disini bisa diartikan positif (saling mengasihi di dalam keluarga) ataupun negatif (saling berantem di dalam keluarga). Yang diturunkan dari keluarga ke anak bisa banyak hal, misalnya makanan (yang dimakan waktu kecil atau yang dimakan ibu saat mengandung si anak), bahasa, kebiasaan dalam keluarga, bakat, warna kulit/postur tubuh dan bahkan penyakit.

Sifat dan tingkah laku orang tua yang mempengaruhi anak ada 2 macam: dominan dan resesif/shadow. Dominan adalah sifat yang diikuti oleh anak. Resesif adalah sifat yang disukai oleh anak, yang biasanya dicari dari pasangan hidup. Misalnya: seorang anak yang dekat dengan ayahnya mempunyai kecenderungan mewarisi sifat-sifat seperti ibunya sehingga ketika mencari pasangan akan mencari yang seperti ayahnya. Sifat dominan biasa akan keliatan disaat mengalami stress/tekanan.

Seorang anak akan mencontoh sifat dan tingkah laku dari orang tua. Semua disimpan dalam bawah sadar (imprints). Sangat penting untuk kita mengetahui memory yang kita simpan di bawah sadar karena ini biasanya tidak keliatan tetapi sangat mendominasi kehidupan kita tanpa kita sadari.

Lingkungan pertama adalah dalam kandungan ibu. Fisik dan mental anak sangat dipengaruhi oleh kondisinya saat dalam kandungan, jadi sangat bergantung dengan kondisi fisik dan mental ibu. Disarankan ibu yang sedang mengandung untuk selalu gembira (jangan stres), senang bernyanyi, ngobrol dengan anak, mengelus anak dalam kandungan, dsb. Jika ibu yang sedang mengandung pernah mencoba menggugurkan anak dalam kandungannya, nanti ketika anak itu lahir, dia akan mempunyai kecenderungan yang besar untuk bunuh diri (bahkan dari hasil penelitian, ada hubungan antara cara menggugurkan yang dulu pernah dicoba oleh sang ibu dengan cara yang dipilih anak itu untuk bunuh diri).

Lingkungan berikutnya yang sangat berpengaruh adalah lingkungan dimana anak itu tumbuh (antara umur 0-10 tahun): keluarga, tetangga, teman main, teman sekolah (SD), guru, dan juga kota/negara dimana anak itu tinggal.

Pembentukan awal dimulai dalam keluarga sebelum anak mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam menentukan bagaimana kepribadian seorang anak sangatlah tergantung pada lingkungan keluarga yang mengajarkan hal-hal penting pada anak seperti cinta kasih, sopan santun, disiplin, tingkah laku yang benar, nilai-nilai moral dan agama. Di dalam keluarga inilah karakter dan kepribadian seorang anak dibentuk.

Pentingnya Pengenalan Diri (Self-Awareness)

Dari mulai kecil sampai kita dewasa, banyak hal yang sudah kita alami yang mempengaruhi pemikiran dan cara hidup kita saat ini. Kita perlu belajar untuk mengenal diri sendiri supaya kita dapat menerima diri kita apa adanya, mampu membuat pilihan-pilihan yang benar, mengetahui potensi diri dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Mengenal diri sendiri adalah kunci untuk dapat memahami penyebab kenapa kita melakukan sesuatu hal atau bagaimana kita bereaksi akan sesuatu hal, sehingga kita tidak menjadi manusia yang pura-pura (false self). Seorang manusia yang sejati (true self) menyadari kelemahan dan luka-luka masa lalunya, menempatkan Tuhan sebagai pusat hidupnya, percaya bahwa dia mempunyai kebebasan untuk memilih (tidak terikat dengan apa yang terjadi di masa lalu) dan hidup dalam kesatuan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain.

Pengalaman masa lalu yang pahit atau luka-luka batin yang ada dalam diri kita haruslah disembuhkan agar kita bisa kembali menjadi manusia yang sejati. Ini membutuhkan proses dan bukan sesuatu yang dapat dicapai dengan mudah dan dalam waktu dekat. Tuhanlah yang berkuasa menyembuhkan kita jadi kita harus mendekatkan diri kepada-Nya. Selain itu kita juga membutuhkan bimbingan dari Romo atau orang awam yang memang sudah terlatih di bidang ini.

Kita tidak akan membahas secara detail mengenai proses penyembuhan di dalam CG ini, akan tetapi ada beberapa cara praktis yang bisa dilakukan untuk memulai proses penyembuhan ini bagi yang memerlukan.

  1. Refleksi (know your story) – mengingat kejadian di masa kecil, menanyakan cerita masa kecil kepada anggota keluarga, meminta masukan dari anggota keluarga atau teman dekat tentang dirimu, doa meminta bantuan Roh Kudus untuk mengingatkanmu akan kejadian yang lalu yang mungkin sudah dilupakan, dsb
  2. Menerima (accepting) – menerima kejadian yang sudah terjadi, berusaha mencari hubungan antara berbagai kejadian di masa lalu dan informasi yang didapat dari refleksi diri di no. 1 supaya lebih memahami dampaknya pada pribadimu, dsb
  3. Mengambil langkah (responding) – percaya bahwa kamu mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan, bersedia untuk mengampuni orang yang bersalah atau sebaliknya meminta pengampunan jika kamu yang bersalah, mengambil langkah untuk berbaikan, berniat untuk disembuhkan dan mulai mencari tahu cara untuk mendapatkan kesembuhan (misalnya ikut retret, doa penyembuhan, konseling, dsb)

Penutup

Pengenalan diri -> Pengampunan -> Penyembuhan

Setelah kita lebih mengenal diri sendiri, kita menjadi lebih sadar akan kelemahan-kelemahan kita yang membuat kita sering jatuh dalam dosa. Memang penting untuk menyadari keberdosaan kita dan menyesalinya dengan mendalam. Tapi kita juga harus ingat bahwa Tuhan setia mengampuni kalau kita sungguh menyesali kesalahan kita. Hal ini memampukan kita untuk mengampuni diri sendiri dan membuka kuasa penyembuhan Tuhan bekerja dalam diri kita untuk membawa keselamatan dan menjadikan kita manusia yang sejati kembali.

Tuhan mengasihi anak-anakNya dan Dia ingin kita menjadi pribadi yang positif. Ketika kita belajar untuk menerima diri kita dan kita sadar bahwa Tuhan ingin kita bahagia, kita menjadi manusia yang penuh suka cita dan itulah yang harus kita perlihatkan dan tularkan kepada orang lain.

Ingatlah: tidak semua kejadian yang negatif adalah jelek. Terkadang kejadian yang negatif justru menjadi dasar dari sesuatu yang positif. Kemampuan mengampuni diri sendiri adalah sesuatu yang sangat penting. Dengannya, sebuah tragedi akan membuahkan hal-hal yang indah.

Sharing

  1. Sharingkan satu kebiasaan atau sifat yang kamu miliki saat ini yang dibentuk dari masa kecil. Menurutmu kenapa kamu bisa memiliki kebiasaan atau sifat itu? Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga dalam hidupmu? (misalnya dalam hal mengambil keputusan (diktator/musyawarah), mengatur keuangan (pelit/boros), waktu keluarga (prioritas/fleksible), cara menyelesaikan konflik (diskusi/diam), dsb)
  2. Apakah kamu pernah mengikuti pelatihan untuk mengenal diri sendiri (misalnya dalam retret, seminar/workshop, dll)? Apa yang kamu sadari lewat pelatihan ini dan langkah apa yang kamu ambil setelah mengetahui hal tersebut?
  3. Dengan mengenal diri sendiri, biasanya kita kemudian disadarkan akan luka-luka batin yang mungkin kita miliki tanpa kita sadari. Kita sering mendengar tentang retret penyembuhan luka batin. Jika ada yang pernah mengikuti retret ini, sharingkan pengalamanmu merasakan kesembuhan, mungkin tidak secara langsung setelah retret tetapi beberapa saat setelahnya.
  4. Menurutmu, bagaimana pribadimu saat ini dapat menjadi berkat untuk orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihanmu?
  5. Apa yang dapat kamu terapkan dari pengalamanmu sebagai seorang anak ketika kamu nantinya menjadi orang tua? Misalnya apa yang akan kamu ajarkan kepada anakmu atau apa yang tidak akan kamu ajarkan.

Referensi

  • Seminar “Penyadaran Diri & Penyembuhannya ala Psikogenetik Dalam Terang Injil” oleh Romo Jeremias Balapito Duan, MSF
  • Retret “Empowering the Wounded Healer” oleh ICPE Mission