[2019] Sesi 16 - Week of 15 Dec 2019

Nubuat Kelahiran Imanuel (Hari Minggu Adven IV)


Hari ini untuk CG kita akan melihat sedikit tentang kepercayaan terhadap Tuhan dalam cerita sejarah tentang Ahas, seorang raja, Ahas diberikan kesempatan oleh Tuhan di atas untuk berkat yang luar biasa, tetapi ia menolak dan lebih mementingkan image dirinya dan kekuatan manusia. Di cerita ini kita akan diingatkan akan humility dan iman kita kepada Tuhan.

Pengantar

Ketika Yehuda diperintah Ahas, Asyur adalah kerajaan adidaya yang menguasai zaman itu. Dalam tahun 745 SM, Tiglat- Pileser III naik tahta Asyur. Dalam waktu setengah abad ia dapat membangun kerajaan yang megah luar biasa. Sesudah ia meluaskan kekuasaannya di seluruh Mesopotamia dan telah meneguhkannya, ia kembali ke Siria-Palestina, jembatan Asia-Afrika yang sejak lama menjadi rebutan. Tanpa menguasai jembatan ini, tidak ada kekuasaan di Timur Dekat yang mungkin hidup terus.

Sudah sejak tahun 740 SM di Siria kerajaan-kerajaan pertama digulung dan dijadikan provinsi Asyur. Damaskus dan Samaria juga menghaturkan upeti kepada Asyur. Tetapi, baru saja Asyur berpaling untuk kembali, di antara negara- negara kecil Siria-Palestina terbentuk suatu koalisi anti Asyur di bawah pimpinan Damaskus. Tetapi Ahas dari Yehuda menolak menggabungkan diri pada koalisi itu. Karena itu, Damaskus dan Samaria mau menyerang Yehuda untuk menguasainya.

Ahas rupanya tidak mampu menghadapi kedua raja itu dan menghalau serbuan mereka terhadap Yerusalem dan menghindari jatuhnya kota. Dalam keadaan gawat itu nabi Yesaya berusaha mencegah raja Ahas yang mau minta bantuan pada kerajaan Asyur. Kepada Ahas mendesakkan kepercayaan mutlak kepada Tuhan, juga dalam kesulitan- kesulitan politik. Nabi menentang dan mengecam segala macam kebijaksanaan politik yang mengandalkan manusia dan sarana manusiawi (Yes, 30:1-17). Satu-satunya andalan umat Allah ialah Tuhan sendiri (Yes. 7:9). Ahas tidak perlu meminta bantuan Asyur dan tidak perlu takut pula pada ancaman Aram dan Israel karena Tuhan sendiri akan menyelamatkan bangsa pilihan-Nya. Peringatan Tuhan kepada Ahas melalui nabi Yesaya ini disampaikan dalam Yesaya 7:1-9.

Kemudian di Yesaya 7:10-14 di sini diceritakan bagaimana Ahas menolak tanda dari Tuhan dengan kata kata halus dan terdengar saleh: “Tuhan melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya “Mintalah pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” Tetapi Ahas menjawb: Äku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN.” Lalu berkatalah nabi Yesaya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, shingga kamu melelahkan Allahku juga? “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan dia akan menamakan Dia Imanuel.

Secara singkat struktur cerita ayat 10-14:

  1. Allah, melalui Nabi Yesaya menyuruh Ahas meminta tanda dari Allah (Ayat 10-11)
  2. Ahas menolak perintah Allah itu dengan alas an tidak mau mencobai Tuhan (Ayat 12)
  3. Allah sendiri akan memberikan tanda kepada Ahas, yaitu seorang perempuan muda mengandung, melahirkanseorang anak laku-laki dan menamainya Imanuel (Ayat 13-14)

Tetapi, Ahas menolak pesan yang disampaikan Yesaya karena sebenarnya dia sudah mempunyai rencana dan pemecahan sendiri, yaitu meminta pertolongan kepada Asyur. Sekalipun, suatu tanda akan diberikan kepada Ahas yaitu Imanuel, sebagai tanda bahwa apa yang dikatakan oleh Yesaya itu benar.

Tiglat-Pileser, raja Asyur menyerang dan mengalahkan kerajaan Siria dan Israel. Ibu kota Israel, Samaria, direbut dan dihancurkan pada tahun 722 SM. Penduduk Keajaan Israel dibuang ke Asyur. Sementara itu, Yehuda di bawah pemerintahan Ahas harus membeli kedaulatannya yang semu dengan membayar upeti kepada Asyur.

Ulasan

[10-11] Ahas tidak memberikan jawaban positif terhadap peringatan Tuhan. Karena itu, Tuhan berfirman kepada Ahas supaya dia sendiri yang menentukan tanda untuk membuktikan kesungguhan janji Tuhan untuk menyelamatkan kerajaannya. Ahas dipersilahkan untuk memilih sendiri tanda yang dikehendakinya, entah itu sesuatu dari dunia orang mati atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas. Ia boleh meminta tanda apa pun yang ia inginkan.

Sehubungan dengan hal meminta tanda ini, perlu diingat peristiwa di Masa (Kel 17:2) dan panggilan Gideon (Hak 6:17). Dalam peristiwa di Masa, Musa menjawab bangsa Israel yang meminta air kepadanya dengan kata-kata ini: Mengapakah kamu mencobai Tuhan? (Kel 17:2). Tindakan bangsa Israel itu dipandang sebagai mencobai Tuhan (Ul 6:16). Di lain pihak Gideon tidak dicela ketika meminta tanda kepada Tuhan, tanda bahwa Tuhan sungguh-sungguh memanggilnya. Meminta tanda dapat menjadi tanda ketidakpercayaan. Kriterianya adalah apakah orang itu membuka dirinya bagi kehendak Tuhan dan apakah ia taat pada firman-Nya.

[12] Tetapi Ahas menolak untuk meminta tanda karena ia tidak mau mencobai Tuhan. Jawaban ini sekilas tampak sebagai kata-kata yang saleh: Tidak pada tempatnyalah manusia mencobai Allah, tetapi Allahlah yang mencobai manusia (bdk Kej 22:1, Kel 20:20). Padahal, sebenarnya di sini tidak ada unsur mencobai karena Tuhan sendirilah yang memberikan tawaran kepadanya. Ahas memang sudah tidak percaya kepada Tuhan.

Jawaban Ahas ini adalah yang amat taktis. Dengan kata-kata “saleh” itu ia mau menolak secara halus dan hati-hati peringatan Nabi Yesaya. Dengan demikian, ia pun dapat menghindari tentangan terhadap keputusan politis yang dibuatnya karena sebagai nabi, Yesaya tentu mempunyai pengaruh terhadap rakyat dan dukungan dari rakyat, yang amat mudah dipengaruhi oleh hal-hal keagamaan. Jika terang-terangan atau dengan kasar ia menolak peringatan Yesaya, tentu ia akan mendapat perlawanan besar dari pihak-pihak yang percaya kepada Allah dan mendukung Nabi Yesaya. Ia telah menyusun rencana sendiri dan ia tidak mau merundingkannya lagi, bahkan dengan Tuhan.

[13-14] Rupanya Yesaya sudah kehilangan kesabarannya dalam menghadapi kerasnya hati Ahas. Yesaya menyebut Ahas dengan “keluarga Daud” untuk membuat Ahas sadar bahwa ia bertindak sebagai wakil keluarga Daud dan bertanggung jawab atas kerajaan warisan Daud. Keputusan keliru yang dibuatnya akan membawa akibat yang luas.

Yesaya menegur Ahas yang kini melelahkan “Allahku” setelah ia banyak melelahkan orang. Rupanya Ahas seringkali meremehkan dan tidak mau menghiraukan firman Tuhan yang disampaikan oleh para nabi. Perbuatan Ahas inilah yang dikatakan melelahkan orang, yaitu nabi Yesaya sendiri dan mungkin juga nabi-nabi lain yang seringkali memperingatkannya. Kini Ahas malah melelahkan Allah, yaitu dengan tidak menghiraukan peringatan Allah. Yesaya tidak lagi menyebut “Allahmu”(ayat 11) melainkan “Allahku”. Penolakan Ahas terhadap peringatan dan janji Allah ini sama dengan penolakan Ahas terhadap diri Allah sendiri.

Karena Ahas telah menolak tawaran Allah untuk memilih sendiri tanda kepenuhan janji Tuhan, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu tanda kepada Ahas. Tanda yang dimaksudkan adalah seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Imanuel, yang berarti Allah beserta kita.

Nubuat Nabi Yesaya itu digenapi dalam kelahiran Yesus (Mat 1:18-24). Waktu Maria bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Yusuf bermaksud menceraikannya secara diam-diam supaya tidak mempermalukan Maria. Tetapi, Yusuf diperingatkan oleh malaikat untuk tidak takut memperistri Maria karena anak yang dikandungnya itu dari Roh Kudus. Malaikat itu juga menyatakan bahwa Maria akan melahirkan dan Yusuf akan menamai anak itu Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Maria adalah perempuan yang mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang dinubuatkan oleh Yesaya, sedangkan Yesus, yang dilahirkan oleh Maria, adalah Sang Imanuel, tanda keselamatan Allah.

Amanat

Ahas merupakan cerminan sikap orang yang tidak percaya pada Allah. Baginya kekuatan kerajaan Asyur lebih nyata dan lebih dapat diandalkan daripada kekuasaan Allah. Ia dapat melihat kekuatan pasukan Asyur yang ia yakin dapat membantunya mengalahkan para musuhnya. Nasihat supaya ia percaya pada bantuan Allah yang tidak ia ketahui caranya tidak dapat ia terima. Kekuatan yang tampak besar di matanya itu dipandangnya lebih menjamin keselamatan daripada kekuatan Allah yang walaupun tak kelihatan jauh mengatasi segala kekuatan mana pun.

Ketidakpercayaan Ahas kepada Tuhan ini tak tergoyahkan. Nabi Allah pun tidak dapat membuatnya berpaling kepada Allah. Lebih dari itu, ketika Allah memberinya kesempatan untuk meminta tanda dari Tuhan, ia tetap menolaknya. Allah yang telah ditolak Ahas ini tidak balik menolak Ahas, tetapi justru memberikan tanda kepadanya: tanda yang menunjukkan bahwa Allah akan menyelamatkan dinasti Daud (sekalipun Ahas tetap menolaknya), yakni tanda Imanuel. Dalam tanda ini terungkap kesetiaan Tuhan untuk menyertai dan melindungi umat-Nya. Tuhan akan menjaga keluarga Daud dan akan membebaskan mereka dari bahaya yang mengancam. Tetapi dalam tanda itu juga terlukis ketidakpercayaan Ahas. Sekalipun Allah melalui nabinya memberikan tanda keselamatan kepadanya, ia tetap tidak mau menerimanya. Allah memang selalu menyertai dan melindungi umat-Nya, tetapi hal itu tidak akan bermakna bagi manusia bila ia sendiri tidak percaya kepada-Nya.

Pendalaman

  1. Mengapa Ahas tidak mau menerima tawaran Tuhan untuk meminta tanda?
  2. Apakah Tuhan pernah memberikan tanda kepada teman-teman sehingga teman-teman percaya kepada-Nya?
  3. Sejauh mana teman-teman membutuhkan tanda untuk percaya?
  4. Tanda yang diberikan Tuhan kepada Ahas, Imanuel, akan datang di tengah-tengah kita pada saat Natal. Apa yang telah teman-teman lakukan untuk menyambut kedatangan-Nya?

Referensi:

Buku Pendalaman Kitab Suci, Volume 33, No.2, Juli – Desember 2019