Sesi 16 - Week of 31st Dec 2017

Misteri Inkarnasi – God among us


 

Intro

Selamat hari Natal!!! Semoga Natal membawa damai sukacita untuk kita semua.

Hari ini kita akan merenungkan misteri Inkarnasi Yesus Kristus, realita Natal yang jauh lebih besar dari sekedar perayaan ulang tahun Yesus Kristus.

Bahan

Sebelum kita mulai, marilah kita lihat gambar ini dan pakai beberapa menit untuk merenungkan misteri kelahiran Yesus ke dunia. Kita renungkan apa yang kita rayakan saat hari raya Natal.

Pertanyaan Sharing:

  1. Sharingkan apa yang kamu rasakan saat melihat gambar di atas dan merenungkan misteri kelahiran Yesus?

Inkarnasi, berasal dari bahasa Latin incarnation (in: into; caro, carn: flesh), artinya Sabda menjadi daging/manusia, the Word made flesh. Kata daging menunjukkan the weaker part of the nature.

Misteri inkarnasi adalah salah satu keyakinan utama dalam iman Katolik. Lewat inkarnasi, kita mengenal identitas Yesus. Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal Maha Kudus, yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria. Dia sungguh Allah sungguh manusia (true God and true man).

Inkarnasi menunjukkan begitu besar kasih Allah kepada kita. Allah memberikan diri-Nya dalam pribadi yang kedua (Yesus, the Son) untuk menyelamatkan kita dari dosa, mendamaikan kita dengan diri-Nya sendiri, dan mengajar kita bagaimana cara hidup dan bersatu dengan-Nya.

Kitab suci dan ajaran Gereja mengungkapkan kedalaman misteri Inkarnasi. Mari kita melihat lebih dalam tentang misteri inkarnasi di dalam kitab suci dan ajaran gereja.

Kitab Suci

Mari kita lihat kedalaman misteri inkarnasi di dalam kitab suci. Di sini kita akan membaca bacaan dari Injil Yohanes dan Surat Santo Paulus kepada umat di Filipi.

Realita inkarnasi diekspresikan dengan begitu indah oleh Santo Yohanes penginjil di awal Injil yang ditulisnya. Mari kita baca dan renungkan bacaan dari Injil Yohanes 1:1-18

[table “” not found /]

Di sini Yohanes mengungkapkan dengan jelas bahwa Yesus (The Son) adalah Allah, yang bersama dengan dengan Allah Bapa. Yesus menjadi manusia untuk menunjukkan diri-Nya kepada kita manusia. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Melalui Yesus kita menerima kasih karunia demi kasih karunia (grace in place of grace, ayat 16). Melalui bacaan ini terutama ayat 11-17, Yohanes mau mengajak pembacanya untuk memahami bahwa Allah kita adalah Allah yang ingin berbagi kehidupan keallahan-Nya kepada manusia.(hening sejenak untuk merenungkan bacaan di atas)

Dari inkarnasi, kita juga bisa melihat kerendahan hati dari Yesus seperti yang diungkapkan oleh Santo Paulus dalam suratnya (Filipi 2:5-11).

[table “” not found /]

Di sini Santo Paulus menekankan bagaimana Yesus yang adalah Tuhan, rela mengosongkan diri-Nya. Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, melainkan memilih untuk melepaskan semuanya itu, (keilahian, kesempurnaan, kekuasaan-Nya!), dan menjadi sama seperti kita. Dan yang lebih luar biasa lagi, Yesus bukan lahir sebagai orang yang penuh kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan, melainkan Dia memilih untuk lahir sebagai anak tukang kayu yang sederhana.(hening sejenak untuk merenungkan bacaan di atas)

Selain itu, kita juga bisa melihat beberapa alasan Allah menjadi manusia seperti yang diungkapkan dalam beberapa ayat berikut:

[table “” not found /]

Ajaran Gereja lewat Cathecism of the Catholic Church (CCC) mengajarkan bahwa dalam peristiwa inkarnasi, Yesus adalah sungguh Allah sungguh manusia, bukan pencampuran sebagian Allah dan manusia.Ajaran Gereja

The unique and altogether singular event of the Incarnation of the Son of God does not mean that Jesus Christ is part God and part man, nor does it imply that he is the result of a confused mixture of the divine and the human. He became truly man while remaining truly God. Jesus Christ is true God and true man.  (CCC 464)

Di dalam syahadat panjang (the Nicene Creed), yang sering kita doakan saat misa, kita mengatakan “begotten, not made, consubstantial with the Father”. Hal ini menekankan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah yang menjadi manusia.

Sebelum konsili Nicea pada tahun 325, ada ajaran sesat Arianisme yang mengatakan bahwa Yesus adalah anak Allah yang diperanakan oleh Allah Bapa, yang berbeda dari Allah Bapa, sehingga Yesus bukan Allah dan memiliki derajat lebih rendah dari Allah Bapa. Konsili Nicea meluruskan ajaran yang menyesatkan ini dan menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, “begotten, not made, consubstantial with the Father”. Hal ini penting untuk kita orang Katolik karena kita percaya bahwa hanya seseorang yang sungguh Allah sungguh manusia yang dapat menjadi mediator antara Allah dan manusia.

Jesus Christ is true God and true man, in the unity of his divine person; for this reason he is the one and only mediator between God and men. (CCC480)

CCC juga menjelaskan mengapa Sang Sabda menjadi manusia. Mari kita baca CCC457-460.

CCC457

The Word became flesh for us in order to save us by reconciling us with God, who “loved us and sent his Son to be the expiation for our sins”: “the Father has sent his Son as the Savior of the world”, and “he was revealed to take away sins”:

Sick, our nature demanded to be healed; fallen, to be raised up; dead, to rise again. We had lost the possession of the good; it was necessary for it to be given back to us. Closed in the darkness, it was necessary to bring us the light; captives, we awaited a Savior; prisoners, help; slaves, a liberator. Are these things minor or insignificant? Did they not move God to descend to human nature and visit it, since humanity was in so miserable and unhappy a state?

CCC458

The Word became flesh so that thus we might know God’s love: “In this the love of God was made manifest among us, that God sent his only Son into the world, so that we might live through him.”
“For God so loved the world that he gave his only Son, that whoever believes in him should not perish but have eternal life.”

CCC459

The Word became flesh to be our model of holiness: “Take my yoke upon you, and learn from me.” “I am the way, and the truth, and the life; no one comes to the Father, but by me.” On the mountain of the Transfiguration, the Father commands: “Listen to him!” Jesus is the model for the Beatitudes and the norm of the new law: “Love one another as I have loved you.” This love implies an effective offering of oneself, after his example.

CCC460

The Word became flesh to make us “partakers of the divine nature”: “For this is why the Word became man, and the Son of God became the Son of man: so that man, by entering into communion with the Word and thus receiving divine sonship, might become a son of God.”
“For the Son of God became man so that we might become God.”
“The only-begotten Son of God, wanting to make us sharers in his divinity, assumed our nature, so that he, made man, might make men gods.

Syahadat panjang juga menunjukkan kepada kita “how”, bagaimana proses inkarnasi terjadi: “… by the power of the Holy Spirit was incarnate of the Virgin Mary, and became man …”.  Bunda Maria menanggapinya dengan “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”.

Natal adalah perayaan inkarnasi, Allah yang menjadi manusia, yang hadir di tengah-tengah kita, dengan kerendahan hatinya yang memberi kedamaian, membawa kita kembali bersatu kepada Allah Bapa.

Sebelum kita tutup CG kali ini dengan sharing, mari kita merenungkan refleksi singkat dari Father Antonio Pernia, SVD:

God has become human so that we human beings can love Him. God has become a weak and vulnerable child in the manger in Bethlehem so that we — simple, weak, and fragile human beings — can love Him. God has become a little child in the arms of a woman so that we can embrace Him and love Him. Christmas! God has become human like us. There’s no need to get out of our humanity in order to love God. We can love Him with our human hearts, with our human emotions. We can embrace Him in our arms of flesh and blood. We can love God because He loved us first. In the child in the manger He has given us the gift of Himself because He loves us. The child Jesus is God’s “yes” to us, to our world, to all of humanity.

Pertanyaan Sharing:

  1. Apa yang kamu dapatkan dari renungan hari ini? Hal apakah yang paling berkesan buatmu?
  2. Jika ada satu hal yang dapat kamu share untuk teman / keluarga / orang di sekitarmu tentang inkarnasi dan natal, tentang apakah itu? Sharingkan
  3. Secara pribadi, apakah makna “God became one of us” untukmu?

Kesimpulan

Lewat CG kali ini, kita belajar memahami inkarnasi Yesus. Beberapa hal penting yang perlu kita ingat:

  • The Second Person of the Trinity took on human flesh and became one of us.
  • Jesus is fully human and fully divine, not half human, half divine. He is united in one divine Person.
  • We needed a divine being to reunite us with God because our break with God was so huge.
  • We also needed a human person because it was humanity that sinned and caused the break in our relationship with God in the first place.
  • God wanted to be one of us to share completely in our humanity.
  • Jesus was conceived by the Holy Spirit, but was born of a human mother, Mary. Mary became the Mother of God because she was the mother of Jesus who is God and man.
  • The infant Jesus offers us the ability to love God, as we understand God’s love for us.

 Reference