Sesi 49 - Week of 25 Oct 2020

Membangun Kebiasaan yang Baik Sebagai Orang Katolik


Pengantar

Menurut Paus Fransiskus, kata “murid” dan “hamba” tidak dapat dipisahkan di dalam iman Katolik karena ibaratnya seperti 2 sisi koin. Orang-orang yang mewartakan tentang Tuhan dipanggil untuk melayani dan orang-orang yang melayani secara otomatis telah mewartakan Tuhan. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.

Seorang hamba yang baik selalu “available” untuk melayani siapa saja dan kapan saja, dalam situasi apapun. Seorang hamba tidak lagi mementingkan kepentingannya sendiri dan harus melatih diri untuk menjadi dermawan dengan hidup dan waktunya. Selain itu, supaya kita siap untuk melayani, kita juga harus memiliki hati yang sehat, yaitu hati yang telah disembuhkan oleh Tuhan, hati yang penuh kasih, lemah lembut dan pengampunan. Orang yang mau melayani adalah orang yang telah merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya dan selalu mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Supaya kita dapat menjadi hamba yang baik bagi Tuhan dan sesama, kita perlu melatih diri untuk membangun kebiasaan-kebiasaan (habits) yang baik karena ini akan sangat membantu dalam pelayanan kita. Menurut penelitian, untuk merubah kebiasaan atau memulai suatu kebiasaan yang baru diperlukan waktu 21 hari (3 minggu) untuk melatih diri. Jadi, kebiasaan-kebiasaan yang baik itu tidak bisa didapatkan secara otomatis tapi memerlukan proses. Yuk, sama- sama belajar kebiasaan-kebiasaaan yang baik ini supaya kita dapat melayani sesuai yang Tuhan mau!

Membangun kebiasaan yang baik sebagai orang Katolik

Tidak ada rumusan resmi tentang kebiasaan-kebiasaan yang baik sebagai orang Katolik. Di dalam sesi hari ini kita akan membahas 8 kebiasaan tetapi tentunya masih banyak kebiasaan-kebiasaan baik lainnya di luar dari yang disebut disini.

Kebiasaan 1 – Menerima Penderitaan

Ada penderitaan yang disebabkan karena kesalahan kita sendiri dan ada penderitaan yang membuat kita ikut terlibat dalam karya keselamatan Kristus. Ini yang disebut “unnecessary suffering” vs “redemptive suffering”. Tuhan tidak memberikan penderitaan kepada kita tetapi Dia memperbolehkan penderitaan itu datang agar kita mendapat kesempatan untuk mengikuti Kristus, memikul salib kita dan membawa berkat Tuhan untuk diri sendiri dan orang lain.

Sebagai contoh, mari kita baca kisah tentang seorang imam Katolik dari Vietnam, Francis Xavier Nguyen Van Thuan, yang ditangkap oleh pemerintah Vietnam beberapa bulan setelah dia menjadi Uskup dan dipenjara selama 13 tahun.

Pada tahun 2000, Cardinal Van Thuan diminta oleh Bapa Paus JPII untuk memimpin sesi meditasi masa Pra Paskah di Vatican, dan meditasinya ini dibuat menjadi satu buku berjudul Testimony of Hope. Dalam salah satu meditasinya, Cardinal menceritakan bagaimana rasanya tidak dapat menerima Ekaristi dengan bebas dan apa saja yang harus dia lakukan untuk dapat merayakan misa di dalam penjara.

Ketika dia dimasukkan dalam penjara, dia tidak dapat membawa apa-apa. Dari dalam penjara, dia menulis surat kepada umatnya untuk mengirimkan sebotol kecil anggur untuk obat sakit perut. Umatnya langsung mengerti dan mereka mengirim satu botol kecil anggur dan menyembunyikan beberapa butir hosti di dalam senter supaya kedap udara. Setiap hari Cardinal merayakan misa dengan memakai tangannya sebagai altar. Tubuh dan Darah Kristus sungguh-sungguh menjadi obat bagi tubuh dan jiwanya. Setiap kali dia merayakan misa, dia mendapat kesempatan untuk menyatukan dirinya dengan Yesus yang tersalib dan untuk meminum dari cawan yang sama. Cardinal mengatakan bahwa misa-misa selama di penjara itu adalah yang paling indah bagi dia (hal 131 dari bukunya).

Rasul Paulus menjelaskan tentang “redemptive suffering” kepada jemaat di Roma 5:3

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”

Kebiasaan 2 – Menerima Kematian

Orang yang memfokuskan pandangannya ke surga tidak lagi menghitung hari/bulan/tahun tetapi memikirkan kehidupan yang kekal bersama Tuhan di surga. Mereka melihat hidup ini sebagai sebuah misi dan mereka mau melakukan segala cara yang mereka bisa untuk sampai ke surga dan membawa sebanyak mungkin jiwa bersama mereka. Kehidupan kekal bukanlah pelarian dari kehidupan di dunia ini. Melainkan mereka berusaha menggunakan semua talenta dan berkat yang telah diberikan Tuhan untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik untuk orang lain.

Pesan dari Second Vatican Council, Gaudium et spes, 39 tentang bagaimana kita memandang kehidupan di dunia:

Therefore, while we are warned that it profits a man nothing if he gain the whole world and loses himself, the expectation of a new earth must not weaken but rather stimulate our concern for cultivating this one. For here grows the body of a new human family, a body which even now is able to give some kind of foreshadowing of the new age.

Kebiasaan 3 – Berdoa Setiap Hari

Semua orang yang percaya penuh kepada Tuhan menghabiskan waktu 1-2 jam setiap harinya bersama Tuhan. Mereka selalu dipenuhi dengan kasih kepada Tuhan, kepada sesama, dan kepada kehidupan secara keseluruhan. Mereka tidak pernah merasa bosan ngobrol dengan Tuhan dan waktu yang mereka habiskan bersama Tuhan mendorong mereka untuk memberikan diri melayani orang-orang di sekitar mereka. Mereka menjadi orang Katolik yang membawa terang.

Kebiasaan 4 – Mendengar (listen) Di Dalam Doa

Orang-orang yang sadar bahwa diri mereka miskin (dalam hal rohani), akan selalu menggantungkan pengharapan mereka kepada Tuhan dan menghabiskan waktu untuk duduk diam dan mendengarkan Dia. Mereka percaya akan perkataan Yesus di Mat 6:8 “… karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada- Nya.”

Kebiasaan 5 – Menghindari Gangguan (distractions)

Waktu sangat berharga. Jadi, gunakanlah waktu dengan baik dan prioritaskan hal-hal yang penting, misalnya waktu untuk Tuhan, untuk beristirahat dari segala pekerjaan dan waktu bersama dengan keluarga dan teman-teman. Jangan habiskan waktu di sosmed atau nonton TV/drama korea.

Kebiasaan 6 – Mencari Bimbingan Rohani Dan Nasehat Yang Baik

Orang-orang yang peka terhadap kehendak Tuhan (spiritually in tune) biasanya sadar bahwa Tuhan sering menyapa mereka melalui orang-orang yang mempunyai kehidupan rohani yang baik seperti imam, diakon, biarawan-biarawati, atau bahkan orang awam yang sudah terlatih. Carilah pembimbing rohani dan bertemu dengan mereka secara teratur, khususnya sebelum mengambil keputusan besar. Juga penting untuk pergi pengakuan dosa secara rutin dan diusahakan ke imam yang sama.

Kebiasaan 7 – Menyerahkan Diri Kepada Kehendak Tuhan

Di dalam hidup sehari-hari, mari kita praktekkan doa yang diajarkan oleh Yesus ini: “…jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga…” (Mat 6: 10). Janganlah bersungut-sungut akan kesulitan yang dihadapi tetapi percaya bahwa Tuhan akan menyediakan semua yang kita butuhkan dan mengampuni kesalahan kita supaya kitapun dapat mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita.

Kebiasaan 8 – Menjadi Orang Yang Bahagia

Jadilah orang Katolik yang penuh suka cita! Bahkan ketika kita sedang menderita, tetap tersenyum karena senyuman membawa kekuatan bagi orang lain. Kita mendapatkan kedamaian karena kita tahu Tuhan mencintai kita tanpa batas. Seperti kata santa Teresa Avila di bawah ini:

Let nothing trouble you, let nothing frighten you. All things are passing; God never changes. Patience obtains all things. He who possesses God lacks nothing: God alone suffices.

Mulailah membangun kebiasaan yang baik dengan berdoa harian dan tanpa kamu sadari kebiasaan-kebiasaan baik lainnya akan mulai terbentuk!

Lalu apa yang harus kita lakukan jika kita terlanjur sudah memiliki kebiasaan yang buruk? Di bawah ini ada 5 tips yang dapat kita lakukan untuk mengubah kebiasaan buruk dan ingatlah bahwa semua ini memerlukan proses (tidak ada yang instant), komitmen serta tentunya berdoa meminta rahmat Tuhan.

  1. Introspeksi diri
  2. Menghindari kesempatan untuk berbuat dosa (occasion of sin) – jangan main api kalau tidak mau terbakar
  3. Menguatkan tekad (act of the will)
  4. Mempunyai tujuan hidup yang benar, yaitu untuk mencintai Tuhan
  5. Mempunyai komunitas sebagai support system

Melatih kebajikan (virtue) untuk melawan dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin)

Definisi kebajikan menurut CCC 1803:

(versi Bahasa Inggris memakai kata “habitual”, sementara Bahasa Indonesia memakai kata “kecenderungan”)

“Whatever is true, whatever is honorable, whatever is just, whatever is pure, whatever is lovely, whatever is gracious, if there is any excellence, if there is anything worthy of praise, think about these things.” A virtue is an habitual and firm disposition to do the good. It allows the person not only to perform good acts, but to give the best of himself. The virtuous person tends toward the good with all his sensory and spiritual powers; he pursues the good and chooses it in concrete actions. The goal of a virtuous life is to become like God.

Dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin) akan membutuhkan waktu lama untuk dipatahkan. Hanya berkat Tuhan dan kerjasama dari kita yang dapat mengalahkannya. Kita membutuhkan kebajikan (virtue). Kebajikan adalah sesuatu yang harus diusahakan dan bukan datang dengan sendirinya, maka diperlukan latihan untuk melakukan kebajikan tersebut secara berulang-ulang sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan/habit.

Gambar di bawah ini menunjukkan kebajikan-kebajikan yang bisa kita latih dan mohonkan dari Tuhan untuk melawan 7 dosa pokok yang selalu mengganggu manusia.

Tujuh dosa pokok (seven capital sins)... - Gereja Katolik St. Thomas, Kepayan, Sabah | Facebook

Kebajikan yang diperoleh melalui pendidikan, latihan dan ketekunan dalam usaha, dimurnikan dan diangkat oleh rahmat Ilahi.

Tiap orang harus selalu memohon rahmat terang dan kekuatan, mencari bantuan dalam Sakramen-Sakramen, bekerja sama dengan Roh Kudus dan mengikuti ajaran- Nya untuk mencintai yang baik dan bersikap waspada terhadap yang jahat.

Mari kita ambil satu contoh kebajikan dan cara yang dapat kita lakukan untuk melatihnya.

Untuk mengatasi dosa kemalasan kita membutuhkan ketekunan. Ketekunan adalah kebajikan yang memberitahu kita untuk memenuhi kewajiban kita dalam hidup, bahkan pada saat kelelahan. Sering kali orang ingin lari dari masalah dan dari kewajiban. Diperlukan ketekunan untuk tetap setia melakukan kewajiban kita, termasuk pekerjaan, tanggung jawab terhadap keluarga, negara, komunitas dan Gereja.

Misalnya jika kita bertekun untuk pergi ke Gereja dan ikut Misa setiap minggu, lama-kelamaan ini akan menjadi kebiasaan dan kita akan merasa ada yang kurang jika tidak melakukan hal ini. Memang ada motivasi yang lebih penting untuk ke Gereja dan ikut Misa, tetapi untuk anak kecil atau orang yang baru menjadi Katolik, semuanya dimulai dari kebiasaan dulu sebelum mengerti maknanya yang lebih dalam.

Seperti halnya dalam berolahraga, semakin banyak latihan, kita akan menjadi semakin baik. Mari kita latih kebajikan- kebajikan yang ada dalam diri kita supaya kita dapat memakainya untuk menyelamatkan diri dari dosa dan sekaligus untuk melayani sesama seperti yang Tuhan inginkan.

Sharing

  1. Time to praise your CG mates! Sharingkan kebiasaan-kebiasaan baik yang kamu lihat dari salah satu teman CGmu yang menurutmu membuat mereka mampu dan senang untuk melayani Tuhan dan sesama. (bisa mengambil dari 8 kebiasaan yang dibahas di atas atau di luar dari itu misalnya senang membuat daftar prioritas sehingga dapat membagi waktu dengan baik atau mempunyai level empati yang tinggi sehingga menarik orang-orang untuk curhat, dsb).
  2. Sharingkan 1 kebiasaan burukmu yang ingin kamu rubah dan langkah-langkah yang telah kamu ambil untuk memulainya.
  3. Kita semua pastinya memiliki kebajikan dalam diri kita. Sharingkan kebajikan apa yang telah kamu latih selama ini dan bagaimana proses pelatihannya.