Sesi 55 - Week of 12 Feb 2023

Keadilan dan Belas Kasih


Intro

St. Agustinus, seorang Bapa Gereja dan juga salah satu teolog besar Gereja, memberikan kita pencerahan tentang belas kasih (mercy) dan keadilan (justice) yang terpenuhi dalam diri Yesus. Mari kita melihat apa yang diajarkan St. Agustinus mengenai perikop Yesus dan seorang wanita pezinah (uraian St. Agustinus diambil dari Tractate (lectures) 33).

Yohanes 7:40-8:11

Yoh 7:40 – Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.”

Yoh 7:41 – Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea!

Yoh 7:42 – Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.”

Yoh 7:43 – Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.

Yoh 7:44 – Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya.

Yoh 7:45 – Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?”

Yoh 7:46 – Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!”

Yoh 7:47 – Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan?

Yoh 7:48 – Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi?

Yoh 7:49 – Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!”

Yoh 7:50 – Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka:

Yoh 7:51 – “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?”

Yoh 7:52 – Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”

Yoh 7:53 – Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,

Yoh 8:1 – tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.

Yoh 8:2 – Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.

Yoh 8:3 – Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.

Yoh 8:4 – Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.

Yoh 8:5 – Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

Yoh 8:6 – Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.

Yoh 8:7 – Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

Yoh 8:8 – Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.

Yoh 8:9 – Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

Yoh 8:10 – Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”

Yoh 8:11 – Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

St. Agustinus mengenai perikop Yesus dan seorang wanita pezinah.

Perikop tersebut diawali oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang membawa seorang wanita, yang ketahuan berbuat zinah, ke hadapan Yesus. Mereka melakukan ini dengan niat yang buruk: yakni menguji sikap lembut Tuhan. Mereka berkata: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk merajam perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

Mereka berusaha untuk menjebak dan menuduh Yesus. Bila Yesus menyetujui agar wanita tersebut dilempari batu, Yesus akan menunjukkan bahwa Ia tidak bersikap lembut. Namun bila Yesus melepaskan wanita itu dari hukuman, maka orang Farisi dan ahli Taurat akan menuduh Yesus karena melanggar hukum, dan menjadikan dirinya musuh bagi hukum Taurat.

Yesus, yang telah membaca hati yang busuk dari orang Farisi dan ahli Taurat ini, akan menunjukkan bahwa Ia tetap bersikap lembut dan adil/benar.

Kita tahu apa yang menjadi jawaban Yesus: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” St. Agustinus menjelaskan, betapa jawaban ini penuh dengan keadilan dan belas kasih. Dengan menjawab demikian, maka Yesus menyerahkan persoalan ini kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Dari luar, mereka berdiri untuk menuduh, namun mereka tidak memeriksa batin mereka: mereka melihat seorang pezinah, tetapi tidak melihat ke dalam diri mereka. Mereka yang adalah seorang pelanggar hukum, menginginkan agar hukum dipenuhi bagi perempuan tersebut.

Ada sebuah adegan ketika Yesus menulis di tanah. Menurut St. Agustinus, hukum ditulis dengan jari Allah, tetapi tertulis di atas batu karena kerasnya hati manusia. Tuhan kita menulis di tanah, karena Ia mencari buah dari hukum tersebut. Dengan demikian, Yesus mengundang orang Farisi dan ahli Taurat untuk masuk ke dalam diri mereka, berhadapan dengan hati nuraninya, agar mereka mengakui siapa mereka sesungguhnya.

Apa yang Yesus tulis di tanah?

Santo Ambrosius dari Milan mengatakan : “He wrote on the ground, for sinners are written on the earth, the just in heaven.” Secara simbolis, Santo Agustinus juga menambahkan alasan yang lain :

  1. Untuk menunjukkan kalau Dia dapat membuat mujizat di dunia ini. Walau pun Ia, yang adalah Tuhan, tetap rela merendahkan Diri-Nya untuk menjadi manusia dan menunjukan mujizat-mujizat yang tidak lain adalah tanda untuk di dunia ini saja.
  2. Untuk menunjukkan bahwa waktunya sudah tiba untuk aturan-aturanNya /ajaran-ajaranNya di dunia ini untuk berbuah.
  3. Untuk menunjukkan kalau peraturan-peraturan yang lama ditulis di atas batu, tetapi aturan yang baru ditulis diatas tanah yang subur.

Tapi apa yang Yesus tulis? Sepertinya Ia menuliskan sesuatu yang membuat orang-orang tersebut malu atau mungkin mengekspos dosa mereka. Karena Yesus juga mengatakan “He that is without sin among you, let him first cast a stone at her.”

Sekarang St. Agustinus menunjukkan aspek keadilan yang sering dilupakan dari perikop ini. Dengan berkata “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”, Yesus menyatakan keadilan dengan lantang: Biarlah pendosa itu dihukum, tetapi tidak oleh pendosa. Biarlah hukum dipenuhi, tetapi bukan oleh pelanggar hukum. Melalui suara keadilan ini, Yesus menembus batin mereka, layaknya sebuah panah yang menghujam tepat di sasarannya, yang menyingkapkan kemunafikan dan keberdosaan mereka.

Setelah menyadari bahwa mereka adalah pendosa juga, hanya ada dua orang yang tetap tinggal di situ, yakni wanita pezinah dan Sang Belas Kasih.

Apakah ini berarti bahwa St. Agustinus hendak memberitahu kita, bahwa kita tidak seharusnya menghukum siapapun? Dalam suratnya kepada Magistrat Macedonius, St. Agustinus menggambarkan sikapnya secara umum: bahwa kita harus membenci dosa atau kejahatan dan mencintai orangnya, oleh karena itu penting sekali agar para pendosa dikoreksi dan mendapatkan hukuman.

“In no way, then, do we approve of the sins that we want to be corrected, nor do we want the wrongdoing to go unpunished because we find it pleasing. Rather, having compassion for the person and detesting the sin or crime, the more we are displeased by the sin the less we want the sinful person to perish without having been corrected. For it is easy and natural to hate evil persons because they are evil, but it is rare and holy to love those same persons because they are human beings. Thus, in one person you at the same time both blame the sin and approve of the nature, and for this reason you must justly hate the sin because it defiles the nature that you love. He, therefore, who punishes the crime in order to set free the human being is bound to another person as a companion not in injustice but in humanity. There is no other place for correcting our conduct save in this life. For after this life each person will have what he earned for himself in this life. And so, out of love for the human race we are compelled to intercede on behalf of the guilty lest they end this life through punishment so that, when it is ended, they cannot have an end to their punishment.”

Setelah mengusir musuhnya dengan lidah keadilan, sekarang Yesus memandang wanita tersebut dengan tatapan penuh belas kasih, dan terjadilah percakapan berikut

“Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.””

Perhatikan bahwa Yesus tidak mengutuk atau mencela pribadi/orangnya, melainkan yang dikutuk Yesus adalah dosanya. Oleh karena itulah Yesus berkata: pergilah dan jangan berbuat dosa lagi. Yesus tidak berkata, pergilah dan berbuatlah sesuka hatimu, dan aku akan membebaskanmu dari segala hukuman termasuk neraka.

Apa yang dikatakan St. Agustinus tentang mereka yang berhati keras dan tidak mau bertobat? Mereka ini menyimpan bagi diri mereka kemurkaan Tuhan, yang akan dijatuhkan pada hari penghakiman dan ketika Allah menyatakan penghakimannya yang benar dan adil, yang menilai setiap manusia berdasarkan perbuatannya. St. Agustinus juga menegaskan bahwa Tuhan memang lemah lembut dan berbelas kasih, namun Ia juga adalah kebenaran dan adil. Ia memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri, tetapi kita lebih menyukai penghakiman yang ditunda daripada memperbaiki jalan hidup kita.

Selanjutnya Agustinus mengajak kita untuk bertobat dan memperbarui diri. Allah telah berjanji bahwa Ia akan mengampuni mereka yang bertobat dan memperbaiki kehidupannya. Pertobatan harus segera dilakukan, karena Allah tidak pernah menjanjikan kepada setiap manusia, bahwa mereka akan memiliki kehidupan yang panjang di dunia ini.

“Have you been a bad man yesterday? Today be a good man. Have you gone on in your wickedness today? At any rate change tomorrow. You are always expecting, and from the mercy of God makest exceeding great promises to yourself. As if He, who has promised you pardon through repentance, promised you also a longer life. How do you know what tomorrow may bring forth? Rightly you say in your heart: When I shall have corrected my ways, God will put all my sins away. We cannot deny that God has promised pardon to those that have amended their ways and are converted. For in what prophet you read to me that God has promised pardon to him that amends, you do not read to me that God has promised you a long life.”

Agustinus juga memberikan peringatan kepada mereka yang berharap dengan berlebihan terhadap belas kasih Allah. Siapa yang ditipu dengan berharap? Ia yang berkata, “Allah itu baik, Allah itu berbelas kasih, biarkan aku melakukan apa yang aku senangi, apa yang aku suka, biarkan aku melonggarkan kendaliku terhadap nafsuku, biarkan aku memuaskan hasrat jiwaku. Mengapa? Karena Allah berbelas kasih, Allah itu baik. Mereka ini berada dalam bahaya karena harapan.” Sebuah teguran yang keras dari St. Agustinus, terhadap mereka yang di jaman modern ini juga menyuarakan hal yang sama!

Bagaimana Tuhan memperlakukan mereka yang berada dalam bahaya karena berharap secara berlebihan terhadap belas kasih Allah? Hanya pertobatan yang menjadi satu-satunya jalan, dan ini tidak boleh ditunda, karena bila murka Allah datang secara tiba-tiba, manusialah yang akan mengalami kehancuran.

Akhirnya, penjelasan St. Agustinus terhadap perikop Yesus dan wanita pezinah menunjukkan pada kita tidak hanya belas kasih, melainkan keadilan pun juga menjadi hal yang Yesus lakukan, dan keduanya tidaklah bertentangan. Seperti yang dikatakan Pemazmur, “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya” (Mzm 25:10), “Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu” (Mzm 89:14).

Dalam diri Yesus, terpenuhilah belas kasih dan keadilan, karena keduanya adalah cara Allah dalam bekerja dan berhadapan dengan manusia. Dan ini juga lah yang senantiasa diperjuangkan oleh Gereja: bukan menceraikan yang satu dan meninggalkan yang lain, melainkan menyatukan keduanya dengan harmonis. Keadilan dan belas kasih, keduanya harus dipertemukan dan bercium-ciuman, agar semakin nyatalah kasih dan kebenaran Allah.

Mzm 85:10 Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.

Pertanyaan Sharing

  1. Setelah membaca bahan di atas, apa pendapat kalian tentang keadilan dan belas kasih yang dijabarkan? Menurut kalian apakah belas kasih dan keadilan itu bertentangan? Sharingkan!
  2. Apakah kalian pernah berada di dalam situasi yang serupa (perempuan yang berzinah dihakimi oleh Ahli Taurat)? Apakah sebagai “ahli taurat”, “perempuan yang berzinah”, atau “Tuhan Yesus”? Sharingkan!
  3. Dari pengalaman dan sharing kalian diatas, pernahkah kalian berpikir kalau kalian berada di posisi 2 orang lainnya? Apa yang akan kalian lakukan? (Contoh: pernah berada di posisi “perempuan yang berzinah”, apa yang akan kalian lakukan jika kalian sebaliknya berada di posisi “ahli taurat”)

Referensi