Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 12 - Week of 26th Nov 2017

Ignatius of Loyola


Intro

Setelah di CG yang lalu kita telah membahas tentang Ignatian Spirituality, kali ini kita akan membahas tentang siapakah St Ignatius yang merupakan pencetus dari kerohanian tersebut.

Fasil diharapkan memberikan review dari bahan Ignatian Spirituality yang lalu.

Sharing Pembuka:

Sharingkan apa yang kalian dapatkan dari retret yang baru lalu!

Sejarah Hidup

Ignatius dari Loyola lahir pada tahun 1491 – dengan nama Inigo Lopez de Loyola – di Loiola, Spanyol. Pada saat itu, nama desa itu dieja “Loyola”, demikianlah ia dikenal dengan nama tersebut. Inigo tumbuh besar di Azpeitia, di utara Spanyol. Loyola adalah sebuah desa kecil di ujung selatan Azpeitia.

Inigo adalah anak bungsu dari tiga belas anak. Ibunya meninggal saat ia berusia tujuh tahun, dan ia kemudian dibesarkan oleh Maria de Garin, yang merupakan istri seorang pandai besi. Meski kehilangan ibunya, dia masih mempunyai darah bangsawan dan karenanya ia dibesarkan tanpa merasa kekurangan. Inigo adalah seorang pemuda ambisius yang bermimpi untuk menjadi pemimpin besar. Ia dipengaruhi oleh cerita-cerita seperti The Song of Roland dan El Cid (pahlawan legendaris Spanyol).

Pada usia enam belas tahun, dia bekerja untuk Juan Velazquez, bendahara Kastilia. Pada saat berusia delapan belas tahun, dia menjadi seorang tentara dibawah kepemimpinan Antonio Manrique de Lara, Duke of Nájera dan Viceroy of Navarre. Demi mencari ketenaran dan wibawa yang lebih luas, dia mulai menyebut dirinya sebagai Ignatius. Ignatius adalah nama varian dari Inigo. Ignatius muda juga mendapat reputasi sebagai seorang duelis. Menurut satu cerita, dia membunuh seorang Moor hanya karena mereka berdebat tentang keilahian Yesus.

Ignatius bertempur dalam beberapa pertempuran di bawah kepemimpinan Duke of Najera. Karena bakat bertempurnya, ia nyaris tak pernah terluka, meski berpartisipasi dalam banyak pertempuran. Bakatnya membuat dia naik pangkat dan tak lama kemudian ia diberi kepercayaan memimpin pasukannya sendiri. Pada tahun 1521, saat mempertahankan kota Pamplona melawan serangan Prancis, Ignatius terkena peluru meriam di kakinya. Malang baginya, salah satu kakinya patah dan yang kakinya yang lain remuk. Untuk menyelamatkan nyawanya, dokter melakukan beberapa kali operasi. Namun kondisi Ignatius terus memburuk. Setelah menderita selama sebulan, dokternya berkata pada Ignatius untuk bersiap menghadapi kematian.

Pada tanggal 29 Juni 1521, pada hari raya Santo Petrus dan Paulus, kondisi Ignatius mulai membaik. Segera setelah ia cukup kuat, bagian dari satu kakinya yang remuk diamputasi, yang meski sangat menyakitkan, namun ini penting untuk mempercepat kesembuhannya. Selama masa penyembuhan inilah, Ignatius mulai membaca buku apa pun yang bisa dia temukan. Sebagian besar buku yang dia dapatkan adalah tentang kehidupan orang-orang kudus dan Kristus. Cerita-cerita ini memiliki dampak mendalam pada dirinya, dan dia menjadi lebih taat. Satu cerita khusus yang sangat mempengaruhinya adalah “De Vita Christi” (Kehidupan Kristus), yang menafsirkan tentang kehidupan Kristus dan menyarankan latihan spiritual yang diperlukan untuk memvisualisasikan diri di hadirat Kristus. Buku inilah yang menjadi inspirasi latihan spiritual Ignatius sendiri. Saat terbaring di tempat tidur, Ignatius mempunyai keinginan untuk menjadi pelayan Kristus yang penuh karya.

Pada musim semi tahun 1522, Ignatius akhirnya pulih dan pada tanggal 25 Maret 1522, dia memasuki biara Benediktin, Santa Maria de Montserrat. Di hadapan lukisan Black Madonna, dia akhirnya meninggalkan pakaian militernya. Dia memberikan pakaiannya yang lain kepada para miskin. Dia lalu berjalan ke rumah sakit di kota Manresa. Sebagai pengganti untuk tempat tinggal, dia melakukan pekerjaan apapun di sekitar rumah sakit. Dia mengemis untuk mendapatkan makanannya. Saat dia tidak bekerja atau mengemis, dia akan pergi ke goa dan melatih kerohaniannya. Waktu-waktunya dalam doa dan kontemplasi membantunya untuk memahami dirinya dengan lebih baik. Dia juga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Tuhan dan rencana Allah baginya. Sepuluh bulan yang dia jalani di antara rumah sakit dan goa itu bukanlah sesuatu yang mudah bagi Ignatius. Dia mengalami banyak keraguan, kecemasan dan bahkan depresi. Tetapi dia juga menyadari bahwa semua itu bukanlah dari Tuhan.

Tahun berikutnya, pada tahun 1523, Ignatius berziarah ke Tanah Suci. Tujuannya adalah untuk tinggal di sana dan berevangelisasi bagi orang-orang yang tidak beriman di sana. Namun, saat itu Tanah Suci mempunyai masalah politik (Ottoman Empire expansion) dan pejabat Gereja tidak ingin Ignatius semakin memperburuk keadaan. Mereka memintanya untuk pulang setelah hanya dua minggu. Ignatius menyadari bahwa dia perlu mendapatkan pendidikan yang lebih jika dia ingin mengubah orang lain. Kembali ke Barcelona, Ignatius masuk dalam sebuah sekolah tata bahasa, yang biasanya untuk anak-anak, untuk belajar bahasa Latin dan topik-topik ringan. Dia mempunyai seorang guru besar pada masa ini, Tuan Jeronimo Ardevol.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ignatius pergi ke Alcala, lalu Salamanca, dan masuk di sebuah universitas. Selain belajar, Ignatius sering melibatkan orang lain dalam percakapan panjang tentang masalah spiritual. Percakapan ini menarik perhatian Inkuisisi Spanyol (sebuah institusi pengadilan Gereja di Spanyol). Di Spanyol, Inkuisisi bertanggung jawab untuk menemukan perbedaan pendapat agama dan memerangi ajaran sesat. Inkuisisi menuduh Ignatius berkhotbah tanpa pendidikan formal dalam teologi. Tanpa pelatihan ini, orang dapat mengenalkan ajaran sesat melalui percakapan dan kesalahpahaman. Tiga kali Ignatius diinterogasi oleh Inkuisisi, namun dia selalu lolos dan dibebaskan.

Ignatius akhirnya memutuskan bahwa dia membutuhkan lebih banyak lagi pendidikan, maka dia pergi ke utara, mencari sekolah dan guru yang lebih baik. Pada usia 38 tahun dia masuk dalam College of Saint Barbe dari Universitas Paris. Saat di Paris inilah, Ignatius bertemu dengan Peter Faber dan Francis Xavier. Mereka bertiga berteman dan Ignatius memimpin mereka dalam latihan spiritualnya. Banyak orang lain tertarik dan segera mengikuti latihan mereka dan menjadi pengikut Ignatius. Kelompok ini mulai menyebut diri mereka sebagai “Friends in the Lord”.

Serikat Yesus

Sharing Singkat:

Apakah yang kalian ketahui dari Serikat Yesus?

Seperti Ignatius, teman-temannya juga bermimpi untuk pergi ke Tanah Suci, namun konflik antara Venesia dan Turki membuat hal ini tidak memungkinkan. Maka mereka kemudian memutuskan untuk berkunjung ke Roma. Di sana, mereka memutuskan untuk mendedikasikan diri mereka kepada Paus dan melayaninya.

Paus Paulus III menerima kelompok tersebut dan menyetujui mereka sebagai tatanan resmi pada tahun 1540. Kelompok ini memilih Ignatius sebagai pemimpin pertama mereka, namun dia menolak, karena dia merasa bahwa dia tidak menjalani kehidupan yang layak di masa mudanya. Ia juga meyakini ada orang lain yang lebih berpengalaman secara teologis. Namun mereka bersikeras, dan Ignatius akhirnya menerima peran tersebut sebagai pemimpin pertama mereka. Mereka kemudian menyebut diri mereka Serikat Yesus.

Beberapa orang yang sinis (karena menggunakan kata ‘Yesus’ sebagai bagian dari nama kelompok) dan tidak menyukai kelompok ini mulai menjuluki anggota-anggota Serikat Yesus dengan nama “Jesuit”.  Julukan ini berasal dari kata latin “jesuita” yang artinya seseorang yang pintar namun munafik. Namun berkat karya-karya mereka, label itu sedikit demi sedikit luntur dan akhirnya tidak lagi berkesan negatif.

Serikat Yesus segera menemukan fokusnya di bidang pendidikan. Sebelum Ignatius meninggal pada tahun 1556, ordonya telah mendirikan 35 sekolah dan beranggotakan 1.000 anggota. Salah satu karya terbesar dari St Ignatius Loyola  selain Ignatian Spirituality (yang telah kita bahas minggu lalu), adalah berdirinya ordo Serikat Yesus ini atau yang juga dikenal dengan nama Yesuit. Yesuit saat ini merupakan ordo terbesar dalam Gereja Katolik. Anggotanya mencapai 20000 orang dan melayani di 112 negara. Ciri pelayanan Serikat Yesus adalah di bidang misionari, hak asasi manusia, keadilan sosial, namun ciri utamanya adalah di bidang pendidikan.  Saat ini, Serikat Yesus dikenal karena pekerjaannya dalam mendidik kaum muda di seluruh dunia. Beberapa universitas telah didirikan atas nama Ignatius dan dalam semangat Yesuit tradisional. Yesuit juga melakukan banyak karya penting lainnya di seluruh dunia.

Ignatius meninggal pada tanggal 31 Juli 1556, pada usia 64 tahun. Dia dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi pada tanggal 12 Maret 1622. Hari rayanya adalah 31 Juli. Dia adalah santo pelindung Serikat Yesus, para tentara, guru, dan pendidikan.

Pertanyaan Sharing:

  1. Apakah yang dapat kalian pelajari dari kisah Santo Ignatius Loyola?
  2. Sharingkanlah kegiatan-kegiatan sosial kalian yang menyerupai ciri pelayanan Serikat Yesus!

 

 

DOA PENUTUP

 

Dearest Lord,

teach me to be generous;

teach me to serve You as You deserve;

to give and not to count the cost,

to fight and not to heed the wounds,

to toil and not to seek for rest,

to labour and not to ask for reward

save that of knowing I am doing Your Will.

 

Referensi

http://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=56

https://www.catholic.com/encyclopedia/ignatius-loyola-saint

http://www3.canisius.edu/~moleski/handouts/Jeb%20history%20.pdf