Sesi 25 - Week of 25th Mar 2018

Confession


Introduction

Sebelum memulai CG hari ini, coba masing-masing anggota share kapan terakhir pergi untuk pengakuan dosa dan kenapa kalian pergi untuk pengakuan dosa tersebut.

Sebagai umat katolik, kita sangatlah terberkati karena diberi kesempatan untuk menerima sakramen ini, dan hari ini kita akan membahas lebih lanjut kenapa pengakuan dosa di gereja Katolik itu sangat unik dan hebat. Mungkin setelah pembahasan hari ini teman-teman jadi lebih menghargai sakramen ini dan dengan harapan semua jadi lebih sering pergi untuk pengakuan dosa, tetapi tidak dianjurkan untuk berdosa terus…

Discussion

Why should I go for confession?

Jika ditanya kenapa teman-teman pergi untuk pengakuan dosa, jawaban yang paling umum pasti adalah karena kita sudah berdosa dan ingin meminta pengampunan, sehingga nantinya jadi layak lagi untuk menerima tubuh dan darah Kristus. Mungkin ada juga yang menjawab kalau tujuan mereka adalah karena rutinitas atau karena mau menjelang paskah atau natal (tradisi). Kedua alasan berikut tidaklah salah, tetapi kita akan belajar lebih dalam lagi sebenarnya apa makna dari sakramen ini. Penting untuk diingat, bahwa sakramen ini legit, berarti Tuhan sungguh mengampuni dosa-dosa yang telah kita akui.

Alasan pertama mengapa kita harus pergi untuk pengakuan dosa adalah Lima Perintah Gereja #4 – Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun. Topik lain yang sering muncul setelah pengakuan dosa adalah kita jatuh lagi kedalam dosa yang sama. Tentu hal ini tidaklah asing, dan pasti banyak dari kita yang melakukan dosa yang sama berulang-ulang, berarti kita tidaklah sendiri disini. Jangan takut tentang hal ini, karena bahkan gereja sendiripun sadar dan mengakui kelemahan daging manusia ini (concupiscentia), bisa dilihat juga di KGK 1426:

1426 Pertobatan kepada Kristus, kelahiran kembali dalam Pembaptisan, anugerah Roh Kudus, penerimaan tubuh dan darah Kristus sebagai makanan, membuat kita “kudus dan tidak bercacat… di hadapan Allah” (Ef 1:4) sebagaimana Gereja sendiri, mempelai Kristus adalah “kudus” dan “tanpa kerut” (Ef 5:27). Namun kehidupan baru yang diterima dalam inisiasi Kristen tidak menghilangkan kerapuhan dan kelemahan kodrat manusiawi, dan juga tidak menghilangkan kecenderungan kepada dosa, yang dinamakan “concupiscentia”. Kecondongan ini tinggal dalam orang yang dibaptis, supaya dengan bantuan rahmat Kristus mereka membuktikan kekuatan mereka dalam perjuangan hidup Kristen Bdk. DS 1515.. Inti perjuangan ini ialah: kembali kepada kekudusan dan kehidupan abadi, ke mana Tuhan selalu memanggil kita Bdk. DS 1545; LG 40..

Jadi alasan kenapa kita jatuh lagi kedalam dosa yang sama, adalah karena kita pergi pengakuan dosa hanya agar dosa spesifik kita itu diampuni, that’s it. Padahal perlu diketahui bahwa Tuhan mau lebih dari pengakuan dosa kita, Ia tidak hanya ingin mengampuni dosa kita itu, tetapi dia juga ingin menyembuhkan kita, Ia ingin menyembuhkan kita dari penyebab dosa kita, dari keingin dasar kita yang berlanjut menjadi dosa, serta dari luka-luka yang menyebabkan dosa kita.

St. Faustina mengajarkan mengenai pengakuan dosa, ia menekankan bahwa penyembuhan adalah bagian alami dari sakramen pengakuan dosa dan juga penyembuhan memberikan dia tujuan dari sakramen ini. Dia menjelaskan alasan dia datang ke pengakuan dosa:

  1. Saya datang ke pengakuan dosa untuk penyembuhan.
  2. Saya datang ke pengakuan dosa untuk pendidikan – seperti seorang anak kecil, jiwa kita perlu suatu pendikan yang terus menerus.

Penyembuhan dan Pendidikan, bukan pengampunan dosa. Karena St. Faustina tahu bahwa dosa meninggalkan luka spiritual, pengampunan dosa bukan berarti sembuhnya luka tersebut. Pengampunan dosa bukanlah tujuan akhir, melainkan hanyalah tahap pertama dalam keseluruhan proses.

Mari kita sekali lagi melihat perumpamaan tentang anak yang hilang Lukas 15:

[table “” not found /]

Di samping kehilangan material yang luar biasa ini, tersimpan sebuah tragedi, “the tragedy of lost dignity, the awareness of squandered sonship” (Rich in Mercy, # 5). Pada awalnya hanya nampak bahwa keputusan untuk kembali kepada Bapa hanya karena kelaparan dan kemiskinan, tetapi John Paul II menunjukkan bahwa ada motif lebih dalam dari pada itu, yaitu karena kehilangan dignity sebagai anak Bapa. Dan apa yang tidak di sadari oleh anak itu sampai Bapanya memeluknya adalah bahwa Kasih Bapa itu melampaui keadilan: kasih yang bisa diberikan kepada orang yang tidak layak menerimanya.

Love is transformed into mercy when it is necessary to go beyond the precise norms of justice — precise and often too narrow. (Rich in Mercy, #5)

This love is able to reach down to every prodigal son, to every human misery, and above all to every form of moral misery, to sin. When this happens, the person who is the object of mercy does not feel humiliated, but rather found again and “restored to value.” (Rich in Mercy, #6)

Hal ini telah menjawab dua pertanyaan kita, mengapa kita pergi untuk pengakuan dosa dan mengapa kita jatuh kedalam dosa yang sama. Kita tidak boleh melihat pengakuan dosa sebagai cara cepat untuk kabur dari dosa, pengakuan dan pengampunan dosa adalah tahap pertama agar kita disembuhkan dan dipulihkan agar kita benar-benar bersih dari dosa dan tidak jatuh lagi kedalam dosa yang sama (sekalipun kita tidak layak menerimanya).

Why should I confess to a priest?

Teman-teman juga pasti pernah bingung atau bahkan skeptik, kenapa kita sebagai umat katolik mengaku dosa ke romo di gereja, bukankan lebih baik mengaku dosa langsung ke Tuhan secara pribadi, bagaimana kalau nanti romo memberitahu dosa-dosaku kepada orang lain. Akan dijawab satu per satu dibawah.

Pertama, semua imam telah mengambil janji untuk tidak mengungkapkan atau menggunakan informasi apapun yang ia dengar dalam pengakuan dosa, informasi apapun. Bisa dilihat di KGK 1467:

1467 Pelayanan ini luar biasa mulianya. Ia menuntut penghormatan dan sikap hati-hati terhadap orang yang mengakukan dosanya. Karena itu, Gereja menjelaskan bahwa setiap imam, yang mendengar Pengakuan, diwajibkan dengan ancaman siksa yang sangat berat, supaya berdiam diri secara absolut, menyangkut dosa yang ini, peniten sampaikan kepadanya dalam Pengakuan Bdk. CIC, can. 1388, ? 1; CCEO, can. 1456.. Ia juga tidak boleh merujuk kepada pengetahuan, yang Pengakuan telah berikan kepadanya mengenai kehidupan peniten. Rahasia Pengakuan ini, yang tidak mengenal kekecualian dinamakan “meterai sakramental”, karena apa yang dipercayakan peniten kepada imam, tinggal “termeterai” oleh Sakramen.

Jadi kita semua bisa tenang, karena apapun yang kita sampaikan ke romo dalam pengakuan dosa tidak akan disebarkan kepada siapapun. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa sakramen pengakuan dosa itu bersifat pribadi antara kamu dan romo saja, ada pihak ketiga yang mendengarkan. Hal ini juga akan menjawab kenapa kita sebagai umat Katolik mengaku dosa kita kepada romo di gereja.

Berbicara dengan seorang romo di bilik pengakuan dosa tidak sama dengan berbicara dengan orang lain. Romo masih merupakan individu manusia yang seperti kita, tetapi dia tidak bertindak atas dirinya. Dia bertindak in persona Christi – dalam pribadi Kristus. Archbishop José Gomez, dalam surat pastoral, The Tender Mercy of Our God, menjelaskan:

By his ordination, the priest is granted sacred power to share in the priesthood of Christ. The priest is anointed with the Holy Spirit and given a new and special character that enables him to act in persona Christi Capitis — in the person of Christ, who is the head of his Church. This means that in the confessional, the priest, by the grace of God, speaks with the very voice of Christ. What we hear in the confessional, then, are Christ’s own words of healing and pardon, addressed to our individual circumstances.

Hal ini berarti bahwa pengakuan dosa kita itu langsung menuju Tuhan melalui perantaraan romo. Seperti kata paus John Paul II, “In the sacrament of Reconciliation we are all invited to meet Christ personally.”

Seperti ekaristi, pengakuan dosa adalah “incarnational encounter”, pertemuan pribadi dengan Yesus Kristus. Di dalam pengakuan dosa, kita bertemu dengan Kristus yang sama dalam ekaristi. Di dalam ekaristi, Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur. Dalam pengakuan dosa, Kristus hadir di dalam imam.  Sama seperti Kristus yang menguduskan roti dan anggur melalui ucapan imam, sama seperti Kristus yang membebaskan kita dari dosa-dosa kita melalui ucapan atau perantaraan imam.

You make your confession before me. The person of the priest is, for Me, only a screen.

Never analyze what sort of a priest it is that I am making use of; open your soul in confession as you would to Me, and I will fill it with My light.”

Diari St. Faustina, 1725

Jadi kita tidak pernah sendirian dengan imam. Kristus hadir. Kristus tidak sendirian juga. Kristus adalah trinitas Bapa, Putra dan Roh kudus yang tidak dapat dipisahkan. rek“The Trinity is One. We do not confess three Gods, but one God in three persons. The whole Christian life is a communion with each of the divine persons, without in any way separating them.”

 Sakramen Rekonsiliasi adalah hadiah dari Tuhan

“Rekonsiliasi pada dasarnya merupakan karunia surgawi Bapa” – Paus John Paul II

Allah adalah Bapa yang sempurna. Bagaimana ayah yang baik bereaksi ketika salah satu anaknya terluka atau dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan? Bayangkan seorang anak kecil yang jatuh dan melukai dirinya sendiri dan berjalan ke ayahnya. Akankah dia hanya melihat dari kejauhan saja? Atau akankah dia memeluk erat-erat, menanyakan mana yang sakit, dan menciumnya untuk membuatnya lebih baik?

Uskup Agung Gomez menulis bahwa pelukan ini, pelukan Bapa yang penuh kasih, yang kita terima di dalam kamar pengakuan: untuk pergi ke pengakuan dosa, kita seperti anak yang hilang, akhirnya menyadari dosa kita, menanggapi panggilan hati nurani kita. Melalui pelayanan suci imam dalam pengakuan dosa, Bapa dengan belas kasihan-Nya membentang tangannya untuk menyambut dan memeluk kita. Pengakuan dosa tidak hanya mengakui dosa-dosa kita dalam percakapan pribadi dengan seorang imam. Justru ketika seorang anak yang jatuh dan melukai dirinya sendiri berjalan ke Ayahnya untuk membuat dirinya lebih baik.

Conclusion

Jika kita pergi ke pengakuan dosa hanya untuk mengakui dosa kita dan mendapatkan pengampunan, kita membatasi anugerah yang Tuhan ingin berikan kepada kita. Tetapi jika kita datang ke pengakuan dosa dengan semua yang ada, yaitu dosa kita, kesakitan jiwa kita, keterpurukan kita, keterlukaan kita – maka kita tidak hanya akan menerima pengampunan, tetapi untuk mengawali proses penyembuhan dan pemulihan kita untuk menjadi anak-anak Allah. Juga kita telah membahas kredibilitas sakramen pengakuan dosa, bahwa Tuhan datang dengan sendirinya untuk mendengarkan dosa-dosa kita melalui romo. Terlebih lagi karena Tuhan secara pribadi ingin memberikan hadiah yang begitu hebat kepada kita.

Setelah mengetahui lebih lanjut tentang pengakuan dosa, sekarang kita tidak hanya terbatas pada menjalankan kewajiban mengaku dosa sekurang-kurangnya 1x setahun, atau hanya ketika kita melakukan dosa yang berat, tetapi lebih dari itu, kita bisa melakukan lebih dari itu karena kita tahu bahwa Tuhan hadir dan kita tidak hanya memerlukan pengampunan tetapi juga memerlukan penyembuhkan dan pemulihkan yang merupakan supaya kita bisa kembali menjadi anak-anak Bapa.

 

Sharing

  1. Apakah kesulitan yang kamu hadapi untuk pergi ke pengakuan dosa?
  2. Dikemudian hari, bagaimanakah kamu akan mempersiapkan diri untuk pengakuan dosa?
  3. Sharingkan pengalaman confession kalian yang paling menarik? (Penintensi, nasehat room, etc…)

 

Reference

  • 7 Secrets of Confession-Vinny Flynn
  • Rich in Mercy, #5,6
  • Katolisitas.org
  • ncregister.com/info/confession_guide_for_adults

 

 

 

How to go to Confession

  1. You always have the option to go to confession anonymously, that is, behind a screen or face to face, if you so desire.
  2. After the priest greets you in the name of Christ, make the sign of the cross. He may choose to recite a reading from Scripture, after which you say: “Bless me Father for I have sinned. It has been (state how long) since my last confession. These are my sins.”
  3. Tell your sins simply and honestly to the priest. You might even want to discuss the circumstances and the root causes of your sins and ask the priest for advice or direction.
  4. Listen to the advice the priest gives you and accept the penance from him. Then make an Act of Contrition for your sins.
  5. The priest will then dismiss you with the words of praise: “Give thanks to the Lord for He is good. You respond: “For His mercy endures forever.” The priest will then conclude with:”The Lord has freed you from your sins. Go in peace.” And you respond by saying: “Thanks be to God.”
  6. Spend some time with Our Lord thanking and praising Him for the gift of His mercy. Try to perform your penance as soon as possible.

 

Examination of Consience (Based on the 10 Commandments)

  1. I am the Lord your God. You shall not have strange gods before me.
  • -Do I give God time every day in prayer?
  • -Do I seek to love Him with my whole heart?
  • -Have I been involved with superstitious practices or have I been involved with the occult?
  • -Do I seek to surrender myself to God´s word as taught by the Church?
  • -Have I ever received communion in the state of mortal sin?
  • -Have I ever deliberately told a lie in Confession or have I withheld a mortal sin from the priest in Confession?
  • -Are there other “gods” in my life? Money, Security, Power, People, etc.?

 

  1. You shall not take the name of the Lord your God in vain.
  • -Have I used God´s name in vain: lightly or carelessly?
  • -Have I been angry with God?
  • -Have I wished evil upon any other person?
  • -Have I insulted a sacred person or abused a sacred object?

 

  1. Remember to keep holy the Lord´s Day.
  • -Have I deliberately missed Mass on Sundays or Holy Days of Obligation?
  • -Have I tried to observe Sunday as a family day and a day of rest?
  • -Do I do needless work on Sunday?
  1. Honor your father and your mother.
  • -Do I honor and obey my parents?
  • -Have I neglected my duties to my spouse and children?
  • -Have I given my family good religious example?
  • -Do I try to bring peace into my home life?
  • -Do I care for my aged and infirm relatives?

 

  1. You shall not kill.
  • -Have I had an abortion or encouraged or helped anyone to have an abortion?
  • -Have I physically harmed anyone?
  • -Have I abused alcohol or drugs?
  • -Did I give scandal to anyone, thereby leading him or her into sin?
  • -Have I been angry or resentful?
  • -Have I harbored hatred in my heart?
  • -Have I mutilated myself through any form of sterilization?
  • -Have I encouraged or condoned sterilization?
  • -Have I engaged, in any way, in sins against humanlife such as artificial insemination or in vitro fertilization?
  • -Have I participated in or approved of euthanasia?

 

  1. You shall not commit adultery.
  • -Have I been faithful to my marriage vows in thought and action?
  • -Have I engaged in any sexual activity outside of marriage?
  • -Have I used any method of contraception or artificial birth control in my marriage?
  • -Has each sexual act in my marriage been open to the transmission of new life?
  • -Have I been guilty of masturbation?
  • -Do I seek to control my thoughts and imaginations?
  • -Have I respected all members of the opposite sex, or have I thought of other people as mere objects?
  • -Have I been guilty of any homosexual activity?
  • -Do I seek to be chaste in my thoughts, words,actions?
  • -Am I careful to dress modestly?

 

  1. You shall not steal.
  • -Have I stolen what is not mine?
  • -Have I returned or made restitution for what I have stolen?
  • -Do I waste time at work, school, and home?
  • -Do I gamble excessively, thereby denying my family of their needs?
  • -Do I pay my debts promptly?
  • -Do I seek to share what I have with the poor?
  • -Have I cheated anyone out of what is justly theirs, for example creditors, insurance companies, big corporations?

 

  1. You shall not bear false witness against your neighbor.
  • -Have I lied? Have I gossiped?
  • -Do I speak badly of others behind their back?
  • -Am I sincere in my dealings with others?
  • -Am I critical, negative or uncharitable in my thoughts of others?
  • -Do I keep secret what should be kept confidential?
  • -Have I injured the reputation of others by slanders?

 

  1. You shall not desire your neighbor´s wife.
  • -Have I consented to impure thoughts?
  • -Have I caused them by impure reading, movies, television, conversation or curiosity?
  • -Do I pray at once to banish impure thoughts and temptations?
  • -Have I behaved in an inappropriate way with members of the opposite sex: flirting, being superficial, etc.?

 

  1. You shall not desire your neighbor´s goods.
  • -Am I jealous of what other people have?
  • -Do I envy the families or possessions of others?
  • -Am I greedy or selfish?
  • -Are material possessions the purpose of my life?