Sesi 30 - Week of 29 May 2022

Beato Carlo Acutis


Intro

Apakah teman-teman pernah mendengar tentang Beato Carlo Acutis? Banyak media menulis artikel berita bahwa dia adalah Santo Generasi Z Pertama dalam Gereja Katolik. Kisah Carlo yang merupakan seorang gamer yang jago komputer grafis, juga suka main bola dan pergi ekaristi, telah mendapat banyak perhatian dan minat dari seluruh dunia. Wah, kedengeran mirip dengan kita-kita zaman sekarang ya! Siapakah dia? Yuk, mari kita belajar untuk tahu lebih banyak tentang Beato Carlo Acutis.

Siapakah Carlo Acutis?

Carlo Acutis adalah seorang remaja Katolik yang lahir pada 3 Mei 1991 di London, Inggris. Ketika Carlo berusia sekitar 5 tahun, Andrea Acutis dan Antonia Salzano— ibu dan ayahnya— memutuskan untuk pindah ke Milan, Italia. Kehidupan Carlo Acutis selalu dipusatkan kepada Tuhan. Ketika Carlo berusia 4 tahun, neneknya (dari keluarga ibunya) meninggal dunia. Carlo kemudian bercerita bagaimana neneknya “mengunjungi”-nya setelah neneknya berpulang dan meminta Carlo untuk berdoa untuk dirinya karena ia berada di api penyucian. Sejak saat itu Carlo ingin pergi ke Misa Kudus setiap hari. Jika orang tua atau neneknya (dari pihak ayahnya) tidak punya waktu untuk pergi ke misa bersamanya, Carlo kecil bereaksi seperti anak-anak lain ketika mereka tidak diberi permen atau mainan: dia menjadi keras kepala. Bahkan, dia meminta orangtuanya, yang tidak begitu religius, untuk membawanya berziarah ke tempat-tempat para kudus dan ke situs-situs mukjizat Ekaristi.

Blessed Carlo Acutis | Saint of the Day

Pada tanggal 16 Juni 1998, pada usia tujuh tahun, Carlo menerima Komuni Pertama di sebuah biara tertutup Ritus Ambrosian. Carlo merasa bahwa banyak orang (termasuk kita) tidak benar-benar memahami nilai Misa Kudus sampai ke detail-detailnya. Alasan dari pemikiran ini adalah karena jika kita mengetahui kekayaan besar yang telah Tuhan berikan kepada kita, memberikan diri-Nya kepada kita sebagai makanan dan minuman dalam Hosti Kudus, kita akan pergi ke gereja setiap hari untuk mengambil bagian dari buah kurban yang dipersembahkan dan dirayakan, untuk berpartisipasi dan untuk melakukan semua ini tanpa banyak hal yang berlebihan.

Ketika teman-teman sekelasnya mengenakan pakaian mewah dan sering pamer tentang perjalanan liburan ke negara-negara eksotis, Carlo berpakaian sederhana dan suka menghabiskan liburannya di Assisi, di mana ia dapat mengisi ulang energi spiritualnya. Dia bahkan membuat ayahnya kagum ketika dia menolak ajakan ayahnya untuk berziarah ke Tanah Suci. Carlo mengatakan bahwa dia lebih suka tinggal di Milan karena ada tabernakel di gereja-gereja di mana dia bisa pergi mengunjungi Yesus kapan saja, jadi dia tidak perlu pergi ke Yerusalem. Menurutnya, Yerusalem ada di depan pintu mereka.

Tidak hanya itu, Carlo juga jatuh cinta dengan programming dan menggunakan keahliannya ini untuk membangun situs yang memuat katalog mukjizat Ekaristi di seluruh dunia. Dalam websitenya, Carlo mengatakan, ”Semakin kita sering menerima Ekaristi, semakin kita menyerupai Yesus, sehingga di Bumi ini kita akan merasakan surga.” Sebagai bagian dari proses kanonisasinya, komputer Carlo pun melalui pemeriksaan yang rinci. Dari komputernya, bisa dilihat bahwa Carlo hanya mengunjungi situs-situs yang berhubungan dengan topik-topik keagamaan—tidak ada tanda-tanda Carlo pernah menjelajahi situs web dengan konten yang tidak pantas.

Carlo telah mengabdikan dirinya kepada Bunda Maria dan sangat percaya pada kesucian pernikahan. Dia juga memiliki cinta khusus kepada Tuhan dan Bunda Maria, lewat doa Rosario serta berdevosi. Dia memiliki waktu hening/adorasi, mengaku dosa setiap minggu, dan rajin mengikuti Ekaristi setiap hari. Bahkan kekudusan dan kesucian hidupnya dapat membawa pertobatan mendalam bagi Ibunya, yang sebelumnya kurang terlalu taat, menjadi rajin mengikuti Ekaristi. Dia menjadi contact point khusus untuk teman-teman sekelasnya yang menderita karena perceraian orang tua mereka. Tidak hanya itu, kecintaan dan kepeduliannya pada sesama membuatnya rela memakai tabungannya untuk menolong orang miskin. Bahkan, dia juga dikenal suka membela anak-anak di sekolah yang di-bully, khususnya anak – anak penyandang cacat.

Di kelas, dia dengan percaya diri mewakili ajaran Gereja tentang masalah bioetika, bahkan meskipun dia menerima kritik jahat dari teman-teman sekelasnya, yang berpikir “lebih modern”. Namun demikian, Carlo bukanlah anak yang “saleh” yang sangat serius dan hanya berdoa setiap harinya. Carlo tetap terbuka, bebas, dan humoris dengan orang lain. Seperti Santo Fransiskus, ia juga menunjukkan cinta yang besar terhadap hewan. Dia memproduksi film pendek kecil di mana hewan peliharaan keluarganya – dua kucing, empat anjing dan beberapa ikan mas – memainkan peran utama.

Pada awal Oktober 2006, Carlo jatuh sakit. Apa yang awalnya tampak seperti flu biasa ternyata merupakan bentuk leukimia yang parah. Beberapa hari kemudian dia masuk ICU dan harus menggunakan mesin oksigen, sebelum akhirnya dipindahkan ke klinik khusus di Monza. Seluruh tubuhnya bengkak dan penuh cairan. Atas permintaannya sendiri, Carlo menerima sakramen Pengurapan Orang Sakit. Luar biasanya, dalam kesakitannya, Carlo justru mempersembahkan semua penderitaan sakitnya itu untuk Tuhan, Paus Benediktus XVI, dan Gereja. Setelah dokter mencuci darahnya, dia jatuh ke dalam koma, dan pada 12 Oktober jantungnya berhenti berdetak. Untuk memenuhi permintaan terakhirnya, Carlo dimakamkan di Assisi, karena cintanya kepada Santo Fransiskus Asisi.

Mukjizat yang Diatribusikan kepada Carlo Acutis

Di Brasil, seorang anak laki-laki bernama Mattheus disembuhkan dari cacat lahir serius yang disebut annular pancreas setelah dia dan ibunya meminta Acutis untuk berdoa bagi kesembuhannya. Mattheus lahir pada tahun 2009 dengan kondisi serius yang menyebabkan dia kesulitan makan dan sakit perut yang parah. Dia tidak dapat menyimpan makanan apa pun di perutnya, dan muntah terus-menerus. Dia tidak diharapkan untuk hidup lama.

Ibunya, Luciana Vianna, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun berdoa untuk kesembuhannya. Pada saat yang sama, seorang pastor sahabat keluarga, Pastor Marcelo Tenorio, belajar online tentang kehidupan Carlo Acutis, dan mulai berdoa untuk beatifikasinya. Pada tahun 2013 ia memperoleh relik Carlo dari ibunya, dan ia mengundang umat Katolik ke misa doa di parokinya, mendorong mereka untuk meminta syafaat Acutis untuk penyembuhan apa pun yang mungkin mereka butuhkan.

Vianna mendengar tentang persekutuan doa ini dan memutuskan dia akan meminta Acutis untuk menjadi perantara doa untuk putranya. Bahkan, pada hari-hari sebelum persekutuan doa, Vianna membuat novena untuk syafaat Acutis, dan menjelaskan kepada putranya bahwa mereka dapat meminta Acutis untuk berdoa untuk kesembuhannya.

Pada hari persekutuan doa, dia membawa Mattheus dan anggota keluarga lainnya ke paroki. Ketika giliran Mattheus datang untuk menyentuh gambar Carlo, dia mengungkapkan hanya satu keinginan: ‘Saya berharap saya bisa berhenti muntah begitu banyak.’ Penyembuhan pun langsung dimulai. Dalam perjalanan pulang dari misa tersebut, Mattheus memberitahu ibunya bahwa dia sudah sembuh. Di rumah, dia meminta kentang goreng, nasi, kacang-kacangan, dan steak – makanan favorit saudara-saudaranya.

Dia menghabiskan semua makanan yang ada di piringnya tanpa muntah sama sekali. Dia makan dengan normal keesokan harinya, dan bahkan hari-hari selanjutnya. Vianna membawa Mattheus ke dokter dan dokter pun bingung dengan penyembuhan Mattheus. Vianna mengatakan kepada media Brasil bahwa dia melihat mukjizat ini sebagai kesempatan dia untuk melakukan evangelisasi.

“Sebelumnya, saya bahkan tidak menggunakan ponsel saya, saya menolak teknologi. Carlo mengubah cara berpikir saya, dia dikenal karena berbicara tentang Yesus di Internet, dan saya menyadari bahwa kesaksian saya akan menjadi cara untuk meng-evangelisasi dan memberi harapan kepada keluarga lain. Hari ini saya mengerti bahwa segala sesuatu yang baru bisa menjadi baik, jika kita menggunakannya untuk kebaikan,” katanya kepada wartawan.

Beatifikasi Carlo Acutis dan Maknanya Bagi Kita

Perayaan beatifikasi Carlo Acutis dilakukan di Assisi pada tanggal 12 Oktober 2020 oleh Paus Fransiskus. Carlo menjadi sebuah inspirasi bagi semua orang karena dia hidup di zaman yang sama dengan kita, di zaman di mana banyak orang sangat sulit untuk menerima dan menumbuhkan iman mereka. Carlo hidup di dalam dunia ini tetapi tidak dipenuhi oleh keinginan duniawi— yang merupakan hal yang sangat langka di zaman sekarang. Kehidupan Carlo memberikan saksi nyata tentang iman ajaran Katolik, melebihi apa yang kelas pembentukkan iman dapat lakukan kepada kita.

Fr. Sandro Villa memberikan Sakramen Pengurapan dan Perjamuan Kudus pada tanggal 10 Oktober 2006. Ia memberikan kesaksian berikut ini: ‘Di sebuah ruangan kecil, di ujung koridor, saya menemukan diri saya di depan seorang anak laki-laki. Wajahnya yang pucat tapi tenang mengejutkan saya—tidak terpikirkan dari seseorang yang sakit parah, terutama seorang remaja,’ katanya. ‘Saya juga kagum dengan ketenangan dan pengabdiannya, meskipun dengan susah payah, dalam menerima dua sakramen. Dia sepertinya telah menunggu sakramen ini dan merasa membutuhkan mereka.’

Meskipun masih muda, Carlo Acutis membawa berkat melalui kehidupannya, bahkan sampai sekarang. Bagaimana dengan kita? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat? Kita juga bisa loh menjadi pembawa dan penyalur berkat Tuhan baik itu di tengah keluarga, lingkungan pergaulan, maupun komunitas. Coba mulai lihat dari cara kita menggunakan internet. Kebanyakan dari kita pasti sering menggunakan internet untuk main game, baca gosip terkini, atau nonton film–film terbaru.

Nah, sekarang coba bandingkan dengan apa yang Carlo Acutis lakukan. Dia menggunakan internet untuk hal-hal yang positif dan bermakna dengan mewartakan mukjizat ekaristi di seluruh dunia melalui website-nya. Dia mampu mematahkan anggapan bahwa internet itu selalu berdampak negatif dalam kehidupan era modern. Justru, internet bagi kaum muda sekarang ini seharusnya bisa menjadi cara efektif dan efisien untuk mewartakan sukacita keselamatan dan Kerajaan Allah di dunia milenial ini. Makanya, tidak heran jika Beato Carlo Acutis ditetapkan sebagai “Pelindung Internet” atas dampak positif yang ia bawa dengan menggunakan internet. Mungkin ini salah satu warisan yang Carlo tinggalkan untuk kita. Kita tidak perlu melakukan hal-hal yang luar biasa. Sudah cukup menakjubkan untuk mencintai Tuhan dan Gereja Kudus-Nya seperti yang dilakukan Carlo Acutis.

Untuk didoakan!

Home

https://aleteia.org/2021/10/12/prayer-to-bl-carlo-acutis-for-a-miracle/

Sharing Questions

  1. Apakah ada sesuatu dalam hidup kita yang masih banyak yang perlu diperbaiki? Sharingkan.
  2. Apakah ada pengalaman saat di mana kesenangan pribadi kita mengalahkan prioritas kita untuk Tuhan? Apa yang kita rasakan saat itu?
  3. Carlo Acutis menjadi Santo pada usia 15 tahun. Ini membuktikan kalau tidak ada yang namanya terlalu muda ataupun terlalu tua. Umur bukanlah halangan. Lalu, bagaimana dengan kita, adakah perubahan apa yang akan kita buat agar bisa lebih mendekati life of a saint?

Reference