Facilitator?
(error)
Jawaban untuk fasil akan ditampilkan

Sesi 2 - Week of 16 August 2021

Bagaimana Cara Hidup Jemaat Pertama Membantu Kita Menghadapi Pandemi Ini


Intro

Sobat-sobat Amoredio, sejak 2 tahun terakhir ini kita berada dalam situasi unik dan tidak mengenakkan yaitu pandemik. Covid-19 telah mengubah tata cara hidup kita sehari-hari tanpa memberi kita pilihan, termasuk cara kita beribadah, berdoa dan berkumpul.

Sebelum adanya pandemik, kita boleh ke gereja sesuka hati, dapat berkumpul, melakukan praise and worship bersama. Sekarang, untuk keamanan dan keselamatan kita sendiri, kita dilarang berkumpul. Datang ke gereja pun bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah. Kita harus booking dulu, kadang sampai rebutan dan akhirnya tidak dapat. Sesuatu yang dulu kita “take for granted” menjadi sesuatu yang sekarang kita rindukan.

Situasi pandemik sekarang ini membuat kita sering merasa kesepian apalagi karena jauh dari keluarga dan teman-teman. Mungkin timbul pula pemikiran-pemikiran negatif dalam benak kita yang membuat kita khawatir akan masa depan kita. Kapan semua ini akan berakhir?

Rasa takut dan cemas serta keterbatasan dalam beribadah juga pernah dialami oleh jemaat perdana di Gereja Katolik.

Cobaan yang dialami oleh jemaat pertama

Jemaat Pertama sering kali menjadi sasaran politik dan kambing hitam untuk isu sosial dan politik selama tiga abad pertama. Penganiayaan resmi pertama yang tercatat atas orang-orang Kristiani di bawah Kekaisaran Romawi terjadi pada tahun 64 M ketika Kaisar Nero menyalahkan orang-orang Kristiani atas Kebakaran Besar di Roma. Kemudian, The Great Persecution (penganiayaan terakhir dan paling parah terhadap orang Kristen di Kekaisaran Romawi) berlangsung dari tahun 302–311 M. Di periode tersebut, Kaisar Diokletianus, Maximianus, Galerius, dan Konstantius mengeluarkan serangkaian dekrit yang mencabut hak-hak hukum orang Kristiani dan menuntut mereka untuk mematuhi praktik keagamaan tradisional Romawi. Bangunan dan rumah-rumah orang Kristiani diruntuhkan serta semua kitab suci dibakar. Banyak Jemaat Pertama ditangkap, disiksa, dimutilasi, dibakar, kelaparan, dan dihukum dalam kontes gladiator untuk menghibur penonton.

Tentu saja persekusi ini mendatangkan ketidakpastian dan ketakutan bagi banyak jemaat perdana. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah keluarga mereka berada dalam bahaya, apakah mereka dapat melihat hari esok, apakah mereka dapat bertemu dengan orang-orang yang mereka kasihi.

Perasaan ini juga yang menggeluti hati kita di tengah pandemi seperti ini. Banyak dari kita yang sudah lama tidak dapat bertemu dengan keluarga, tidak dapat dengan bebas keluar menjalani rutinitas kita sebelumnya, dan bahkan berada di dalam ketakutan ketika keluarga atau sahabat kita terjangkit virus COVID-19. Tidak ada dari kita yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir dan ini mungkin membuat kita merasa stres dan takut akan hari esok, sama seperti jemaat pertama di saat itu.

Namun, ini adalah tanda bahwa kita harus belajar dari jemaat perdana bagaimana mereka dapat bertahan di keadaan sulit berabad-abad yang lalu.

Bacaan Injil

Kis 2:42 – Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

Kis 2:43 – Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.

Kis 2:44 – Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,

Kis 2:45 – dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

Kis2:46 – Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,

Kis 2:47 – sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Bagaimanakah mereka bisa bertahan?

1. Bertekun dalam Pengajaran Para Rasul

Jemaat Kristiani Perdana setia pada “ajaran para rasul” karena mereka telah menjadi Kristiani dengan menerima sabda Yesus Kristus.

“Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”

(Rm 10:17).

Dengan penuh kerendahan hati mereka menerima dan mengakui bahwa keselamatan telah terwujud melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Iman merekalah yang membantu mereka menjadi tanda untuk menarik banyak orang, seperti yang ditulis oleh Lukas. “… mereka disukai semua orang” (Kis 2:47).

Mereka lebih tangguh menghadapi segala tantangan hidup ini karena Yesus Kristus telah lebih dahulu membuka jalan menuju kehidupan baru, dengan mengalahkan penderitaan dan kematian, “Aku ditolak dengan hebat sampai jatuh, tetapi Tuhan menolong aku. Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku” (Mzm 118:13-14).

Sharing question

Menurut kalian, mengapa menerima sabda setiap hari nya bisa membantu kita mengatasi rasa takut dan kecemasan?

Bisa minta sharing pengalaman pribadi kalau waktu memungkinkan. Dengan rutin menyirami hati kita dengan sabda2 dan firman2 setiap harinya seperi yang dilakukan oleh jemaat pertama, jiwa kita akan dipenuhi dengan roh kudus. Kadang apabila hati kita kosong, di situ pun roh jahat bisa masuk. Jiwa yang dipenuhi roh kudus akan bersuka-cita memuji dia.

2. Persekutuan

Persekutuan = fellowship (Yunani: koinonia) berarti “suatu kehidupan yang disharingkan” atau “hidup bersama”. Dengan kata lain kita berbicara mengenai “persaudaraan sejati”. Ungkapan koinonia memang hanya muncul sekali dalam “Kisah Para Rasul”, tetapi ini adalah ungkapan favorit dari Santo Paulus, dan muncul 13 kali dalam surat-suratnya.

Persekutuan memiliki dua dimensi. Dimensi vertikal yang adalah hidup berbagi dengan Allah sendiri, yang dimungkinkan oleh Yesus yang bangkit dan dibuat efektif oleh Roh Kudus. Dimensi vertikal dari persekutuan ini menghasilkan dimensi horizontal, yaitu persekutuan dengan sesama orang Kristiani dengan mewartakan sabda Allah kepada mereka, dan dengan berbagi harta dan kebutuhan.

Contoh sebuah persekutuan adalah saat mengumpulkan kolekte dari gereja-gereja bimbingan Paulus untuk Gereja induk di Yerusalem (2Kor 9:1-5). Persekutuan juga bisa dalam bentuk memberikan kontribusi untuk komunitas kita, walaupun bentuknya tidak semua sama untuk setiap orang. Jemaat Kristiani Perdana menjalin satu ikatan persaudaraan yang sangat erat, di mana hanya terdapat cinta kasih. Kasihlah yang membuat mereka mampu membagi-bagi harta milik masing-masing dengan orang-orang lain. Kasihlah yang membuat mereka lebih peka terhadap kemalangan dan kekurangan sesama (Kis 2:44-45).

Sharing question

Bagaimana cara kita mempererat persekutuan kita di zaman pandemik ini?

Contoh membangun persekutuan: berbagi makanan, meluangkan waktu bersama, menanyakan kabar, dll.
Bisa ditanyakan juga: Apakah kita tidak melupakan teman-teman kita yang sekarang merasa kesendirian / kesepian?

3. Pemecahan Roti

Dalam artian yang penuh, “pemecahan roti” berarti Ekaristi Kudus, yang telah senantiasa dan akan tetap menjadi sarana utama dari kehidupan komunitas. Jemaat Kristiani Perdana tetap melakukan Ekaristi Kudus dari rumah mereka masing-masing bahkan di tengah-tengah penganiayaan yang mereka hadapi. Dalam perayaan Ekaristi, jemaat mengingat kembali perjuangan Yesus dan menyambut masa depan mereka dengan penuh harapan.

Di zaman pandemik ini yang penuh dengan ketakutan, Ekaristi Kudus pun menjadi semakin lebih penting. Ekaristi Kudus mengingatkan kita akan tugas kita dalam membawakan kasih dan damai Kristus kepada semua orang, supaya akhirnya semua menjadi satu bagian di dalam Kristus. Teman-teman kita yang merasa kesepian dan jauh dari Tuhan sangat memerlukan kasih saat ini. Kita harus saling mengingatkan satu sama lain untuk menghadiri Ekaristi agar mereka dapat merasakan kasih dan damai Kristus dalam hidup kita.

Sharing question

Dalam masa pandemik ini, kita mengikuti misa secara online dan menerima komuni secara spiritual. Sharingkan perasaan kalian atau pendapat kalian atas image diatas?

4. Doa

Doa-doa membangun komunitas Kristiani. Gereja atau Jemaat Kristiani adalah jemaat yang bersatu dalam doa (Kis 2:46-47). Sebagai jemaat mereka merasa masih membutuhkan penebusan. Maka, sebagai jemaat yang tertebus mereka sungguh mengakui peranan Kristus dalam hidup dan perutusan mereka masing-masing. Oleh karena itu, sebelum diutus, mereka terlebih dahulu menghadap Tuhan untuk memohon berkat dan kekuatan. Mereka mampu menghadapi masalah-masalah dalam hidup ini, karena sudah berkomunikasi dengan-Nya dalam doa.

Di zaman pandemik ini, kita lebih sering mengeluh, mengalami stres, merasa kesepian dan kehilangan. Dengan keadaan sulit seperti itu, apakah kita sudah meluangkan waktu lebih banyak untuk berbicara kepada Tuhan? Atau justru kita malah semakin jauh dari Dia?

Sharing question

Kita mungkin mendengar bahwa ada dari keluarga kita, saudara kita, teman kita, atau bahkan mungkin kita sendiri jatuh sakit, mengalami stress berat, depresi, kehilangan anggota keluarga, kesulitan keuangan, dll. Sudahkah kita mendoakan mereka?

Kesimpulan

Dengan meneladani karakter gereja perdana yang senantiasa mendengarkan sabda Tuhan, bersekutu, mengikuti perayaan Ekaristi, dan berdoa, kita diajak untuk mengikuti jejak mereka di dalam ketidakpastian di masa ini. Jemaat Perdana bisa bertahan dan malah berkembang di tengah tantangan-tantangan yang mereka alami. Kita pun seharusnya juga berusaha untuk mengembangkan komunitas kita di masa pandemi ini.

Referensi