Sesi 25 - Week of 03 Apr 2022

Ajaran Sesat Zaman Baheula


Intro

https://youtu.be/ZlEcKCm3gbE (~5mins)

Mungkin dari kita ada yang pernah diajak untuk mengenal ajaran agama lain atau bahkan diajak masuk ke dalam anggota komunitas mereka. Ketika kita kira kita cukup mengenal agama tersebut, ternyata kita tidak tahu bahwa orang tersebut mengikuti aliran spesifik di dalamnya yang berbeda dengan pemahaman kita mengenai agama tersebut. Mana di zaman sekarang ini banyak juga bermunculan “agama” atau “sekte” atau “guru-guru” yang mengajarkan banyak hal berbeda. Apakah ini semua adalah ajaran sesat? Apa sih sebenarnya ajaran sesat itu?

Apakah itu ajaran sesat?

Ajaran sesat aka bidat aka aliran sesat aka heresy adalah pandangan-pandangan atau doktrin teologis atau keagamaan yang dianggap berlawanan atau bertentangan dengan keyakinan atau sistem keagamaan manapun yang dianggap benar. Ajaran sesat ini bisa jadi dalam bentuk pandangan atau doktrin filsafat, politik, ilmu, seni, dll. Namun, selama hal ini berbeda dengan apa yang umumnya diakui sebagai yang berwibawa (authoritative), maka semua ini adalah ajaran sesat.

Kata “heresy” sendiri berasal dari bahasa Yunani, hairesis, yang berarti pilihan keyakinan atau faksi dari pemeluk yang melawan. Kata ini banyak dipergunakan oleh Ireneus dalam Contra Haereses (Melawan Penyesat) dan ia juga menggambarkan posisinya sendiri sebagai yang ortodoks (dari ortho- “lurus” + doxa “pemikiran”). Banyak yang beranggapan bahwa “ajaran sesat” tidak mempunyai arti yang sepenuhnya objektif. Masa selama berlawanan dari yang “ortodoks” (atau dari yang sudah ada awalnya) hal tersebut otomatis langsung menjadi sesat? Berarti ini relatif banget dong bahwa semua orang menganggap kepercayaan mereka “benar” (ortodoks) dan yang bertentangan dianggap “sesat”?

Jadi, mana yang heresy, mana yang bukan?

Kitab Hukum Kanonik 751 mengatakan “Yang disebut bidaah (heresis) ialah menyangkal atau meragukan dengan membandel suatu kebenaran yang harus diimani dengan sikap iman ilahi dan katolik sesudah penerimaan sakramen baptis; kemurtadan (apostasia) ialah menyangkal iman kristiani secara menyeluruh; skisma (schisma) ialah menolak ketaklukan kepada Paus atau persekutuan dengan anggota-anggota Gereja yang takluk kepadanya.“

Heresy adalah dosa individual yang benar-benar mengeraskan hati, yang melukai persatuan Gereja dengan menolak apa yang seharusnya dipercayai oleh umat beriman. Jadi, gereja-gereja non-Katolik sebagai sebuah institusi tidak dapat dikatakan sebagai heresy karena institusi tidak bisa menerima pembaptisan. Baptisan hanya bisa diterima umat-umat di dalam konteks kekristenan, maka kita tidak dapat mengatakan kepada umat Muslim, Hindu, atau Budha bahwa mereka skismatik dan bidat (heresy), karena mereka tidak pernah menerima baptisan.

Jadi bagaimana kita membedakan yang heretic dan bukan?
1. Heretic = Orang yang memang sebelumnya menjadi anggota gereja Katolik secara penuh namun lalu memisahkan diri atau menolak iman Katolik
Jika orang tersebut melakukannya dengan pengetahuan yang penuh, ia sebenarnya telah mengambil resiko kehilangan keselamatan, karena dengan sadar ia telah memisahkan diri dari Gereja yang didirikan Kristus (dan dengan demikian ia pun menolak Kristus yang mendirikannya, lih. Luk 10:16) dan memutuskan untuk tidak mengikuti ajaran-ajaran yang seharusnya dipercaya dengan iman ilahi dan katolik.

2. Non-heretic = Orang yang dibesarkan beberapa generasi setelah skisma dan bidaah terjadi.
Orang yang telah lahir, dibesarkan dan dididik dalam lingkungan non-Katolik dan tidak pernah masuk ke dalam Gereja Katolik, tidak dapat dikatakan sebagai bidat ataupun skisma.

Heresy dalam Gereja Katolik

Dalam sejarah kekristenan, terdapat aliran-aliran yang mengajarkan kesalahpahaman Kristologi. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus adalah satu Pribadi Ilahi, yaitu Pribadi kedua dalam Allah Trinitas. Dalam Pribadi Kristus, ada dua kodrat: yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia yang disatukan dalam satu hipostatis, yaitu persatuan dua kodrat yang tak terpisahkan. Pemahaman yang melenceng dari pengertian ini adalah pengajaran yang salah. Kesalahan pengajaran dapat terjadi karena ada orang yang tidak dapat melihat bahwa Yesus mempunyai dua kodrat, yaitu sungguh Allah namun juga sungguh manusia. Terlalu menekankan salah satu kodrat dan melupakan kodrat yang lain akan membawa pada pengertian yang salah. Tidak menyadari adanya persatuan antara kodrat Allah dan kodrat manusia dalam satu Pribadi Kristus yang tak terpisahkan, juga dapat membawa pada suatu pengertian yang salah.

Berikut ini ialah tabel yang menjabarkan bidaah-bidaah di abad-abad awal tentang kesalahpahaman tentang Kristus, dan bagaimana para Bapa Gereja dan Magisterium Gereja memberikan penjelasan dan ketegasan iman akan Kristus, yang sungguh Allah dan sungguh manusia.

Jenis BidaahTanggapan Bapa Gereja dan Konsili
Gnostisisme, Manichaenisme (abad ke-1 s/d 3)
● Adanya dualisme: Dua Tuhan, yang baik dan yang jahat, yang berperang satu sama lain.
● Spiritual dianggap baik, material jahat.
● Tidak memahami bagaimana manusia dan Allah dapat bersatu dalam diri Kristus.
Docetisme
● Kristus dianggap ‘Roh’ saja, hanya menampakkan diri, tidak sungguh lahir, menderita, wafat dan bangkit.
● Mengingkari kemanusiaan Yesus
St. Ignatius dari Antiokia (35-110):
mengajarkan tentang kemanusiaan Kristus.

St. Irenaeus (125-203):
Dalam bukunya Against Heresies, ia memerangi Gnostisisme dengan mengatakan:
1) Penerusan jalur apostolik itulah yang memegang kunci. Ajaran dari para Rasul itulah yang benar.
2) Dalam kanon Kitab Suci tidak ada teks Gnostik.
3) Patokan iman adalah yang tercantum dalam Syahadat/Kredo.
Monothelitisme: satu kehendak (abad ke-7)
● Menganggap bahwa dua kodrat mempunyai satu kehendak, satu prinsip pengaturan aktivitas.
● Terlalu menekankan ke-Allah-an Yesus, salah memahami kemanusiaan Yesus
St. Paus Agatho (678-681):
Kristus memiliki dua kehendak dan dua prinsip pengaturan aktivitas, yaitu ilahi dan manusiawi, yang masing-masing punya sifatnya sendiri-sendiri. Setelah Inkarnasi, ke-Allah-an-Nya tak dapat dibayangkan tanpa kemanusiaan-Nya; demikian pula sebaliknya.

Konsili Lateran (649):
Kristus mempunyai dua kehendak, dan dua prinsip
pengaturan aktivitas, yaitu ilahi dan manusiawi
Kristus punya dua macam kelahiran, yaitu secara ilahi dalam kekekalan, dan secara manusiawi, melalui Perawan Maria oleh kuasa Roh Kudus.

Konsili Konstantinopel III (680-681):
Kristus memiliki dua kehendak dan dua prinsip pengaturan aktivitas: tanpa terbagi, tanpa perubahan, tanpa pemisah, tanpa tercampur baur. Dua kehendak tapi tidak bertentangan, kehendak-Nya sebagai manusia selaras dengan kehendak-Nya sebagai Allah.
Iconoclasme (abad ke-8-9)
● Menolak penggunaan gambar/ patung untuk penyembahan karena dianggap berhala
● Penerusan paham dualistik Gnostik/ Manichaenism/Paulician: bahwa semua materi itu jahat.
● Didukung pengaruh muslim (Khalifa Omar II)
● Kaisar Leo III & penerusnya mengancam Paus Gregorius II & penerusnya
● Menimbulkan banyak kekacauan, pembunuhan, pengrusakan biara-biara dan gereja
● Menolak kemanusiaan Yesus dan Yesus tidak boleh digambarkan
● Membuka jalan ke heresi Photius yang berujung skisma
Sinoda di Nicea (786)
Diadakan atas prakarsa Patriarkh Konstantinopel Tarasius dan Empress Irene.
– Surat Paus Adrian I dibacakan,
– rekonsiliasi para uskup Iconoclast yang bertobat,
– alasan- alasan dari Kitab Suci tentang sahnya penggunaan gambar suci (Kel 25:18-22; Bil 7:89; Yeh 41:18-19, Ibr 9:5)
– menolak sinoda Iconoclast (754)
– Credo dibacakan,
– Bidaah dari Arianisme sampai dengan Monothelit ditolak – Ekskomunikasi: para pemimpin Iconoclasts
– Dipuji: Germanus, St. Yoh. Krisostomus, George dari Cyprus.

Heresy dari zaman dulu dan masih ada pada saat ini

Ada banyak sekali heresy di zaman ini dan kita tidak akan sempat membahasnya satu persatu. Secara garis besar ada beberapa ajaran sesat yang mungkin kalian sering temukan tapi tidak begitu sadari namanya.

Gnostisisme

  • Dalam Gnostisisme, kesempurnaan diukur dengan informasi dan pengetahuan atau oleh beberapa pengalaman khusus, bukan dengan amal seseorang. Gnostik bangga ketika memahami segala sesuatu dan memiliki pengetahuan khusus. Menurut Paus Fransiskus, Gnostik berpikir bahwa penjelasan mereka dapat membuat keseluruhan iman dan Injil dapat dipahami dengan sempurna. Mereka memutlakkan teori mereka sendiri dan memaksa orang lain untuk tunduk pada cara berpikir mereka. Mereka mereduksi ajaran Yesus menjadi logika yang dingin dan keras yang berusaha mendominasi segalanya. Fransiskus menganggap Gnostisisme sebagai salah satu ideologi yang paling jahat karena, ketika Gnostik meninggikan pengetahuan atau pengalaman tertentu, orang tersebut juga menganggap visi realitasnya sendiri yang paling sempurna.
  • Kongregasi Ajaran Iman dalam Placuit Deo (2018), menyebutkan tentang paham keselamatan yang melulu batiniah dan subjektif, yang dipengaruhi Gnostisisme.

Pelagian

  • Di satu sisi Gnostik bangga dengan pengetahuan mereka, Pelagian bangga dengan upaya pribadi mereka. Gnostik menekankan intelek, sedangkan Pelagian menekankan kehendak. Pelagian pada akhirnya hanya percaya pada kekuatan mereka sendiri dan merasa lebih tinggi dari orang lain karena mereka mematuhi aturan tertentu atau tetap setia pada gaya Katolik tertentu. Ketika Pelagian berbicara tentang kasih karunia, sering kali itu hanya sebuah tambahan dari kehendak manusia yang maha-kuasa.

Arianisme

  • Dimulai oleh pendeta Aleksandria, Arius, Arianisme secara resmi menyangkal misteri Tritunggal Mahakudus. Prinsip dasarnya adalah penyangkalan dari keilahian Kristus dan selanjutnya dari Roh Kudus. Keunikan dan ketunggalan peran Yesus Kristus dalam keselamatan tidak diakui, sehingga lebih ditempatkan sebagai salah satu dari antara yang lain. Yesus seakan sejajar dengan tokoh agama atau tokoh moral lainnya.

Silahkan ditonton untuk belajar lebih lanjut: https://youtu.be/TIts9ihEwfQ (~7 menit)

Kesimpulan

Sudah selayaknya, kita memandang semua umat Kristen sebagai saudara di dalam Kristus. Adanya perbedaan ajaran adalah suatu kenyataan menyedihkan yang harus kita terima. Menjadi tantangan bagi kita, umat Katolik, agar dapat merangkul mereka dengan penuh kasih. Kita dapat berdialog dengan mereka tentang perbedaan ajaran tanpa menyembunyikan dan mengaburkan kebenaran, namun harus tetap didasari semangat kasih. Kita tidak dapat menyatakan ajaran yang salah sebagai ajaran yang benar, karena kita tidak dapat mengaburkan kebenaran. Namun, kita tetap harus mengasihi orang-orang yang percaya akan ajaran yang berbeda dengan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik.