2014 Sesi 34 Week of 22th Sept 2014 Confession is not just about forgiveness


[2014] Week 34 of 22th September 2014
Confession is not just about forgiveness
 
Introduction
Hari ini kita akan membahas salah satu rahasia dari pengakuan dosa. Pengakuan dosa ternyata mempunyai banyak sekali rahasia. Jika kita mendengar kata pengakuan dosa, maka akan muncul kata kata seperti ‘pengampunan’, melakukan dosa, melakukan kesalahan, perbuatan buruk, dsb. Namun pengakuan dosa, juga mempunyai rahasia yang lebih dari sekedar pengampunan. Pengakuan dosa juga bukan barang yang asing buat kita, tapi apakah kita memahami makna yang sesungguhnya dari pengakuan dosa?
 
Pertanyaan:
Jika kamu harus memberikan satu kata jawaban dari: apa tujuan dari pengakuan dosa? Apakah yang akan menjadi jawabanmu? 
 
Pembahasan
Dari jawaban jawaban yang tadi kita dengar, ternyata kebanyakan menjawab… Itulah jawaban yang kita dengar dari kita saat ini. Itu tentu salah satu dari tujuan pengakuan dosa, tetapi itu hanya salah satu bagian dari tujuan pengakuan dosa yang sangat luas. Nah, kata yang lebih tepat untuk menjawab dari tujuan pengakuan dosa adalah…
 
Selama ini, ketika aku mengaku dosa, yang terpikirkan dan menjadi focus ku adalah dosa doa yang aku perbuat, yang hal itu identik dengan kelakuan yang burukku. Oleh karena itu, aku pergi ke pengakuan dosa hanya jika aku berbuat dosa yang serius dan tujuan aku mengaku dosa adalah agar supaya dosaku diampuni sehingga aku bisa menerima komuni kembali, atau aku pergi pada waktu yang di wajibkan, misalnya sebelum paskah atau sebelum natal. Apakah hal ini nampak begitu familiar dengan kamu?
 
Bukan saya mau mengatakan bahwa apa yang selama ini aku lakukan, hanya sebuah proses yang biasa saja, rutinitas, formalitas, hanya sekedar menjalankan kewajiban gerejani. Bahkan saya berfikir dengan melalukan hal diatas, aku cukup menjadi seorang katolik yang baik. Setiap kali saya mengaku dosapun pun, saya mengerti bahwa dosa dosa saya merupakan suatu pelanggaran yang tidak bekenan kepada Tuhan, dan saya pun harus bersungguh memohon ampun, dan berniat untuk tidak mengulanginya lagi. Maka yang saya lakukan adalah datang kepada pastor untuk mengaku dosa dengan membawa daftar dosa yang aku perbuat, mengaku dan memohon ampun dengan sungguh sungguh, dan setelah di ampuni, aku membaca doa tobat, berniat untuk tidak mengulangi lagi, serta melakukan denda yang biasanya di berikan oleh pastor. 
 
Apakah dosa saya benar benar di ampuni? Ya tentu dan pasti di ampuni, tetapi coba tebak, apa yang terjadi ketika aku mengaku dosa lagi di masa yang akan datang? Dosa dosa yang sama, saya lakukan lagi, dan saya minta pengampunan dengan sungguh sungguh lagi, saya mendapat pengampunan lagi, lalu saya membaca doa tobat dan juga melalukan denda yang di berikan, dan dosaku kembali di ampuni dan aku merasa lega lagi. Apakah hal ini juga yang terjadi juga denganmu? Tak usah heran, jika hal ini juga yang terjadi denganmu? ?
 
Mengapa kita selalu kembali jatuh dalam dosa yang sama?
Mungkin ada banyak alasan mengapa kita tetap jatuh ke dalam dosa yang sama, diantaranya realitas tentang kelemahan kedagingan kita dan kecenderungan kita untuk berbuat dosa, yang oleh gereja dinamakan dengan istilah ‘concupiscene’,  di mana kecenderungan ini tetap ada dalam diri kita meskipun kita sudah di baptis. (lihat CCC #1426)
1426 Pertobatan kepada Kristus, kelahiran kembali dalam Pembaptisan, anugerah Roh Kudus, penerimaan tubuh dan darah Kristus sebagai makanan, membuat kita "kudus dan tidak bercacat… di hadapan Allah" (Ef 1:4) sebagaimana Gereja sendiri, mempelai Kristus adalah "kudus" dan "tanpa kerut" (Ef 5:27). Namun kehidupan baru yang diterima dalam inisiasi Kristen tidak menghilangkan kerapuhan dan kelemahan kodrat manusiawi, dan juga tidak menghilangkan kecenderungan kepada dosa, yang dinamakan "concupiscentia". Kecondongan ini tinggal dalam orang yang dibaptis, supaya dengan bantuan rahmat Kristus mereka membuktikan kekuatan mereka dalam perjuangan hidup Kristen Bdk. DS 1515.. Inti perjuangan ini ialah: kembali kepada kekudusan dan kehidupan abadi, ke mana Tuhan selalu memanggil kita Bdk. DS 1545; LG 40..
 
Akan tetapi, alasan sesungguhnya mengapa kita tetap jatuh kedalam dosa yang sama meskipun kita sudah melakukan pengakuan dosa, yaitu karena saya tidak tau alasan penting dan utama mengapa Kristus ingin aku mengaku dosa. Bagi saya, saya hanya ingin supaya dosa saya diampuni, titik. Namun Tuhan ternyata menginginkan lebih dari itu. Dia tidak hanya mengampuni aku, tetapi dia juga ingin menyembuhkan aku dari tingkah laku ku yang tidak baik, keinginanku yang tidak baik, masalah masalah ku, serta luka lukaku yang terus menyebakan aku jatuh dalam dosa yang sama itu. Ya benar, menyembuhkan luka luka ku. Ini bukan mengada ada, coba lihat saja di CCC, coba kita cari kata pengakuan dosa. Hal ini tidak akan di temukan pada bagian pengampunan, tetapi akan di temukan di bagian ‘sacrament of healing’. Mengapa kok malah ditemukan di bagian sakramen? 
 
Sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita liat sejenak apa arti sakramen itu dan apa tujuannya? Menurut old Baltimore Catechism, sakramen adalah “an outward sign instituted by Christ to give grace.” Lalu apakah grace (rahmat) itu, dan megapa Tuhan memberikannya kepada kita? Mari kita liat dalam CCC 1997 dan1997:
1997 Rahmat adalah keikutsertaan pada kehidupan Allah, ia mengantar kita masuk ke dalam kehidupan Tritunggal yang paling dalam: melalui Pembaptisan warga Kristen mengambil bagian dalam rahmat Kristus, yang adalah Kepala Tubuh-Nya. Sebagai "anak angkat", orang Kristen dapat menamakan Allah "Bapanya" hanya dalam persatuan dengan Putera yang tunggal. Ia menerima kehidupan Roh, yang mencurahkan kasih kepadanya dan yang membangun Gereja. 
1999 Rahmat Allah berarti bahwa Allah memberi kehidupan-Nya secara cuma-cuma kepada kita. Ia mencurahkannya ke dalam hati kita melalui Roh Kudus, untuk menyembuhkannya dari dosa dan untuk menguduskannya. Itulah rahmat pengudusan atau rahmat pengilahian, yang telah kita terima di dalam Pembaptisan. Ia merupakan asal "karya keselamatan" di dalam kita Bdk.Yoh 4:14; 7:38-39.
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya" (2 Kor 5:17-18).. 
 
Pertanyaan:
Jadi apakah grace (rahmat)  itu? Dan mengapa Tuhan memberikan grace (rahmat) itu? 
 
Jadi rahmat bukan hanya bantuan dari Tuhan, tetapi merupakan sebuah kehidupan baru, kehidupan yang kekal dari Tuhan, diberikan buat jiwa kita, “untuk menyembuhkannya dari dosa dan untuk menguduskannya” (#1999) sehingga kita bisa menjadi serupa dengan Dia dan hidup seperti Dia hidup. Coba perhatikan bahwa di CCC tidak di katakan “untuk mengampuni dosa, tetapi untuk menyembuhkan dan menguduskan.” Apa artinya semua ini? Ini berarti bahwa, karena tujuan dari setiap sakramen adalah memberikan rahmat kepada kita, dan tujuan dari rahmat adalah untuk menyembuhkannya dan untuk menguduskan, maka tujuan akhir dari sakramen adalah untuk menyembuhkan kita dan membuat kita kudus sehingga kita bisa semakin menyerupai Dia. Meski setiap sakramen mempunyai tujuan itu, secara khusus, sakramen pengakuan dosa dan sakramen perminyakan merupakan sakramen yang dikhusukan untuk menyembuhkan dan menguduskan.
 
1421 Yesus Kristus, dokter jiwa dan tubuh kita, yang telah mengampuni dosa orang lumpuh dan telah memberi kembali kesehatan kepadanya Bdk. Mrk 2:1-12., menghendaki bahwa Gereja-Nya melanjutkan karya penyembuhan dan penyelamatan-Nya dalam kekuatan Roh Kudus. Karya ini juga dibutuhkan anggota-anggota Gereja sendiri Untuk itu ada dua Sakramen penyembuhan: Sakramen Pengakuan dan Sakramen Urapan Orang Sakit..
 
Sr Faustina, dalam ajarannya tentang pengakuan dosa, juga menekankan penyembuhan sebagai bagian alami sakramen pengakuan dosa dan juga memberikan insight tambahan tentang tujuan dan efek dari dari sakramen itu. Dia menejelaskan alasan dan tujuan mengapa dia datang ke pengakuan dosa:
1. Saya datang ke pengakuan dosa untuk penyembuhan
2. Saya datang ke pengakuan dosa untuk pendidikan seperti seorang anak kecil, jiwa kita perlu suatu pendikan yang terus menerus
Coba perhatikan, penyembuhan dan pendidikan, dan bahkan tidak menyebutkan dosa dan pengampunan. Karena dia tau bahwa dosa melukai dia, dan bahkan ketika dosa sudah diampuni, dia tetap terluka, bingung dan bahkan spiritual nya masih tetap lemah. Pengampunan atas dosa kita memang perlu untuk keselamatan kita, itulah sebabnya kita pergi untuk mengaku dosa, tetapi kita perlu tau bahwa pengampunan bukan merupakan tujuan akhir dari sebuah pengakuan dosa, tetapi merupkan langkah pertama dalam keseluruhan proses, seperti yang kita pelajari dalam CCC#1502: ‘Forgiveness initiates the healing’. Kita harus berani keluar dari pemikiran bahwa pengakuan dosa merupakan ‘magic formula’ yang memberikan solusi instant atas dosa kita.
Pengampunan saja tidaklah cukup, karena luka kita dan ketidakmengertian kita membuat kita terjatuh lagi dalam dosa yang sama. Pengampunan tidak dimaksudkan untuk solusi cepat, pengampunan merupakan proses penyembuhan dan pendidikan yang membuat kita bertumbuh sehingga kita tidak terjatuh lagi dalam dosa dosa yang sama.
 
Mari kita lihat lebih dalam lagi, apa yang sebenarnya Tuhan Yesus inginkan dalam sakramen pengakuan dosa? Lagu berikut bait pertama menggambarkan apa yang Tuhan inginkan: Ransomed, healed, restored, forgiven.
Praise, my soul, the King of heaven;
to His feet thy tribute bring;
ransomed, healed, restored, forgiven,
who like thee His praise should sing?
  (putar video youtube http://www.youtube.com/watch?v=GyRIVbdsi4c sampai detik 40)
 
Ransomed (di tebus). Ya, mengapa ransomed? karena dosa kita membawa kita terkurung dalam kegelapan. Di salib Yesus telah membayar tebusan kepada Bapa. Yesus telah memenangkan kita dan menyelamatkan kita. Healed and restored. Tetapi kita masih lemah dan terluka, dan mungkin kita kehilangan kekuatan kita, kesehatan kita, image kita akan Allah, sehingga kita masih perlu di sembuhkan dan di pulihkan. Karena melalui dosa kita menjadi terluka, dan figure kita tidak seperti semula, seperti pada awalnya Tuhan menciptakan kita, sebagai gambar dan rupa Dia (Kej 1:26). Kita tidak lagi seperti Dia, berfikir seperti Dia, dan bertidak seperti Dia. Tuhan ingin memulihkan kita kembali menjadi gambar dan rupa Allah, melalui sakramen pengakuan dosa. Tuhan mengatakan kepada Suster Faustina, bahwa mujizat terbesar terjadi dalam sakramen pengakuan dosa, ialah bahwa tidak ada pendosa yang tidak bisa dipulihkan:
Were a soul like a decaying corpse so that from a human standpoint there would be no [hope of ] restoration and everything would already be lost, it is not so with God. The miracle of Divine Mercy restores that soul in full. (Diary, 1448)
 
Mari kita sekali lagi melihat perumpamaan tentang anak yang hilang Lukas 15: 
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya 5 , katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa f  terhadap sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh 6 , ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan 7 . Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. g  15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, h  aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 15:22 
 
Di samping kehilangan material yang luar biasa ini, tersimpan sebuah tragedi, “the tragedy of lost dignity, the awareness of squandered sonship” (Rich in Mercy, # 5). Pada awalnya hanya nampak bahwa keputusan untuk kembali kepada Bapa hanya karena kelaparan dan kemiskinan, tetapi John Paul II menunjukkan bahwa ada motif lebih dalam dari pada itu, yaitu karena kehilangan dignity sebagai anak Bapa. Dan apa yang tidak di sadari oleh anak itu sampai Bapanya memeluknya adalah bahwa Kasih Bapa itu melampaui keadilan: kasih yang bisa diberikan kepada orang yang tidak layak menerimanya. 
Love is transformed into mercy when it is necessary to go beyond the precise norms of justice — precise and often too narrow. (Rich in Mercy, #5)
This love is able to reach down to every prodigal son, to every human misery, and above all to every form of moral misery, to sin. When this happens, the person who is the object of mercy does not feel humiliated, but rather found again and “restored to value.” (Rich in Mercy, #6)
 
Jadi inilah yang Tuhan inginkan, Tuhan tidak hanya berfokus pada dosa kita, tetapi Dia ingin menyembuhkan kita dan memulihkan kita (sekalipun kita tidak layak menerimanya). 
 
Pertanyaan:
Apa yang kamu pelajari dari rahasia pengakuan dosa hari ini? Apa yang terpikirkan untuk kamu lalukan saat kamu mengetahui rahasia pengakuan dosa ini?
 
Kesimpulan:
Jika kita pergi ke pengakuan dosa hanya untuk mengakui dosa kita dan mendapatkan pengampunan, kita membatasi anugrah yang Tuhan ingin berikan buat kita. Tetapi jika kita datang ke pengakuan dosa dengan semua yang ada = dosa kita, kesakitan jiwa kita, keterpurukan kita, keterlukaan kita maka kita tidak hanya akan menerima pengampunan, tetapi untuk akan mengawali proses penyembuhan dan pemulihan kita untuk menjadi anak anak Allah.
Setelah mengetahui apa tujuan yang utama dari pengakuan dosa, sekarang kita tidak hanya terbatas pada menjalankan kewajiban mengaku dosa sekurang kurang nya 2x setahun, atau hanya ketika kita melakukan dosa yang berat, tetapi lebih dari itu, kita bisa melakukan lebih dari itu karena kita tau bahwa kita tidak hanya memerlukan pengampunan tetapi juga memerlukan penyembuhkan dan pemulihkan yang merupakan supaya kita bisa kembali menjadi anak anak Bapa.
 
 
Sumber:
7 Secrets of Confession-Vinny Flynn
CCC
Rich in Mercy, #5,6
 
Doa Penutup
Terima kasih Allah Bapa atas pengajaran yang telah kami terima Hari ini yaitu mengenai Sakramen rekonsiliasi yang merupakan rahmat dan anugerah yang Engkau berikan untuk pengampunan dosa-dosa kami. Kami sadar sering kali kami kurang menghargai anugerahMu itu dan begitu mudah kami jatuh ke dalam dosa yang sama, namun walaupun kami jatuh terpuruk Engkau tidak pernah meninggalkan kami sendirian. Engkau telah membuktikan betapa besar dan luar biasa kasihMu, betapa Engkau selalu merindukan kami untuk selalu dekat denganMu. Kuatkan dan layakkan kami selalu Ya Yesus sehingga kami dapat mengubah segala kelemahan   dan ketidakmampuan diri kami menjadi persembahan yang layak untukMu. Kami sadar bahwa kami amat membutuhkan Kuasa penyembuhan dan pemulihan melalui perantaraan puteraMu yang terkasih Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.